Dalam era globalisasi ini, dinamika ekonomi suatu negara tidak lagi hanya ditentukan oleh faktor-faktor konvensional seperti sumber daya alam atau keunggulan manufaktur semata.
Faktor-faktor non-tradisional seperti demografi, kebijakan pemerintah, dan perkembangan teknologi juga menjadi sangat relevan.
Jepang, sebagai salah satu kekuatan ekonomi utama di dunia, telah lama menjadi fokus perhatian internasional dengan model ekonomi yang unik dan inovatif.
Namun, belakangan ini, negara ini menghadapi tantangan serius yang menggoyahkan fondasi perekonomiannya yang kuat.
Salah satu faktor yang diyakini menjadi penyebab utama kegoyahan tersebut adalah masalah demografi yang semakin meruncing. Masalah demografi di Jepang adalah fenomena yang kompleks dan multidimensional.
Tingkat kelahiran yang rendah, peningkatan harapan hidup, dan penuaan penduduk telah menciptakan situasi di mana jumlah angkatan kerja terus menurun sementara beban kesejahteraan sosial terus meningkat.
Hal ini memberikan tekanan yang signifikan pada struktur ekonomi Jepang, yang selama ini sangat bergantung pada pertumbuhan penduduk untuk meningkatkan konsumsi dan memelihara keseimbangan fiskal.
Dalam konteks ini, negara-negara tetangga, termasuk Indonesia, melihat adanya peluang yang muncul.
Indonesia, dengan populasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang stabil, merupakan salah satu calon yang menarik untuk bermitra dengan Jepang dalam upaya mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi.
Peluang untuk mengekspor barang dan jasa ke pasar Jepang, serta potensi investasi langsung asing dalam berbagai sektor di Jepang, menjadi daya tarik tersendiri bagi negara-negara ASEAN seperti Indonesia.