Lihat ke Halaman Asli

Malam Bisikan: Perjumpaan Tak Terduga dengan Sosok di Balik Kerai Bambu

Diperbarui: 3 Februari 2024   01:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Udara malam pedesaan menusuk kulitku, dingin menusuk hingga ke tulang. Sinar rembulan separuh menerangi gubuk reyot tempatku bermalam. Jauh dari hiruk pikuk kota, aku memilih menyepi untuk menyatu dengan alam. Tapi malam ini, ketenangan itu terusik oleh bisikan halus yang menusuk gendang telingaku.

Awalnya samar, seperti desahan angin yang menusuk celah bambu. Namun, lama-kelamaan bisikan itu semakin jelas, bernada lirih namun menusuk benak. Rasa merinding mulai menjalar, bulu kudukku berdiri tegak.

Aku coba mengabaikannya, meyakinkan diri bahwa itu hanya imajinasi. Tapi bisikan itu tak kunjung reda. Malah, seolah semakin gencar, seolah memanggilku untuk mendekat. Dengan jantung berdebar, aku mengintip ke balik celah bambu yang menjadi dinding gubuk.

Perlahan, samar-samar terlihat sosok berkelebat di balik pepohonan. Tinggi, berjubah putih, melayang tanpa suara. Denyut nadiku semakin kencang, keringat dingin membasahi tubuhku. Akankah aku lari? Akankah aku penuhi bisikan yang semakin menggoda?

Curiositas mengalahkan rasa takut. Aku mengumpulkan keberanian, membuka pintu gubuk perlahan. Sosok itu masih di sana, berdiri diam di bawah pohon beringin tua. Rasanya kakiku berat untuk melangkah, namun bisikan itu terus mendorongku maju.

Semakin dekat, semakin jelas aku melihat sosoknya. Wajahnya samar, tertutupi kabut tipis, namun sorot matanya terasa menusuk hati. Tidak marah, tidak mengancam, hanya ada kesedihan yang dalam terpancar dari sorot matanya.

Tiba-tiba, bisikan itu berubah kata. Kata-kata kuno, tak dapat kupahami maknanya, namun terasa menyentuh jiwaku. Sosok itu mengulurkan tangannya, seolah meminta bantuan. Aku terpaku, bingung dan tak mengerti.

Sebelum aku bisa mengambil keputusan, sosok itu perlahan mundur, lenyap di balik pohon beringin. Bisikan itu pun menghilang, digantikan oleh keheningan malam yang mencekam.

Malam itu, aku tidur dengan gelisah. Mimpi dihantui bayangan sosok berjubah putih. Keesokan harinya, aku mencoba bertanya pada penduduk desa tentang cerita mistis di sekitar gubuk tersebut. Mereka bercerita tentang legenda hantu penjaga pohon beringin, seorang wanita muda yang meninggal dengan penuh penyesalan.

Apakah sosok yang kulihat adalah sang hantu penjaga pohon beringin? Aku tak mampu memastikannya. Namun, perjumpaan tak terduga itu meninggalkan bekas di benakku. Bahwa dunia ini tak melulu hitam dan putih, ada dimensi lain yang tak selalu bisa kita rasionalkan.

Mungkin perjumpaanku dengan sang hantu tak ada artinya, tapi bagiku, itu adalah pengalaman yang akan terus kuingat. Pengalaman yang mengajarkan untuk lebih peka terhadap hal-hal di luar logika, dan untuk selalu memiliki keberanian untuk membuka hati, meski dihantui rasa takut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline