Apakah koleksi boneka anak perempuan kita? Siapakah tokoh idola mereka?
Saya rasa hampir semua dari kita yang memiliki anak, adik, atau keponakan perempuan akan menjawab sama. Koleksi boneka mereka adalah Barbie (atau sejenis Barbie) dan tokoh idolanya figur-figur princess di film animasi di layar lebar dan TV. Ternyata tidak hanya di Indonesia, di negara lain anak-anak perempuan di kota besar terutama juga mengoleksi boneka yang sama, dan menonton film princess yang sama.
Masalahnya adalah pernahkah kita perhatikan bahwa figur-figur tersebut berdandan menor, berwajah dan berbadan artifisial, alias tidak seperti bagaimana normalnya perempuan, dengan segala ketidaksempurnaannya? Untuk anak-anak yang sedang tumbuh dan mencari figur masa depan mereka, maka figur princess ini adalah figur yang superpenting untuk mereka baik secara fisik maupun mental.
Di Kompasiana sendiri, pembahasan tentang bagaimana bentuk badan Barbie yang terlalu sempurna yang memengaruhi bagaimana anak dan remaja merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya, sudah pernah ditulis. Dua di antaranya bisa dilihat di sini dan di sini.
Namun selain bentuk tubuh yang terlalu langsing berlekuk di pinggang, buah dada yang berisi, kaki yang panjang, leher jenjang dan rambut pirang Kauskasian (jarang kita temukan boneka yang berkulit gelap), wajah mereka pun selalu ber-make-up lengkap, bola mata biru atau hijau, dengan alis yang indah, bibir berlipstik tebal berwarna jreng, dan pipi bersemu merah. Selain itu, baju yang mereka kenakan tak jarang sangat sensual untuk anak-anak.
Sosok ini pula yang mendominasi figur-figur film kartun dan animasi yang dilabeli "film anak". Apa yang terjadi? Tentu saja ini memengaruhi bagaimana anak memahami konsep cantik dan dalam usia yang masih belia mereka secara tidak langsung 'diajari' menjadi seksi dan menggoda layaknya Barbie. Ini juga yang bisa menyebabkan anak-anak masa kini mengalami pubertas dan mempunyai ketertarikan seksual terlalu dini. Mereka pun semakin menjadi incaran para penjahat seks dan pedofil. Seram!
Adalah Sonia Singh, seorang wanita, penyuka seni, asal Australia yang mempunyai hobi menyulap boneka-boneka berdandanan menor dan seksi menjadi lebih natural, normal dan 'ramah' anak. Awalnya ia menghapus dandanan di boneka-boneka yang sudah tidak terpakai atau rusak, di toko secondhand, lalu melukisnya kembali dengan tanpa dandanan layaknya seseorang di kehidupan nyata. Selain itu, baju mereka pun diganti. Ibu Sonia yang menjahitkan baju-bajunya.
Sonia dan ibunya seolah memberikan kehidupan baru, yang lebih normal, pada boneka-boneka tersebut. Mereka memberi nama proyek yang sekarang mulai banyak dikenal ini Tree Change Dolls. Berikut ini beberapa make over-nya.
Sonia bahkan memberikan sentuhan-sentuhan 'alami' seperti freckles (titik-titik di kulit biasanya pada Kauskasian), gigi yang menyembul alias tonggos, alis yang tidak tebal, bulu mata yang 'normal' dan lain sebagainya. Tak lupa, ia juga me-make over warna rambut dan dandanannya. Menakjubkan bukan?! Cantik mana menurut Anda yang kiri atau kanan? Boneka anak-anak seharusnya seperti ini selama ini. Di sini kita bisa melihat sendiri perbedaannya dan bisa membayangkan efek besarnya terhadap konsep cantik yang dipahami anak-anak kita. Apa yang sudah terjadi pada anak-anak kita sejak mereka memainkan boneka menor seperti itu selama ini?!
Jadi apa yang bisa kita lakukan sebagai orang tua?
Yang pertama pastinya, jika menganggap dandanan tokoh-tokoh kartun dan boneka yang ada di pasaran berbahaya bagi anak, orang tua harus mulai lebih selektif memilihkan mainan, boneka dan tontonan untuk anak-anaknya. Jika sudah telanjur bertahun-tahun mereka bermain dan menonton figur-figur princess, tentu saja tidak bisa melakukannya dengan drastis, apalagi dengan memaksa mereka meninggalkan boneka-bonekanya. Ini pasti tidak mudah karena figur-figur tersebut seolah sudah menjadi tren, namun tidak mustahil.