Lihat ke Halaman Asli

Fakir Miskin dan Anak Terlantar Dipelihara Oleh "KITA"!

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahukah anda kalau menurut data BPS, jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2010 ini diperkirakan mencapai 31,02 juta jiwa. Berdasarkan angka-angka itu, bisakah saya minta tolong kepada anda untuk membayangkan beberapa hal?

Bayangkan berapa banyak orang-orang tua yang terpaksa hidup menggelandang dijalanan?

[caption id="attachment_268700" align="aligncenter" width="295" caption="Gambar diunduh dari tabloidsensor.blogspot.com"][/caption]

Bayangkan berapa banyak anak-anak yang terpaksa memulung, mengamen, mengemis di jalanan?

[caption id="attachment_268702" align="aligncenter" width="300" caption="diunduh dari pudingluverswordpresscom"][/caption]

Bayangkan berapa banyak keluarga yang terpaksa hidup prihatin memungut sisa-sisa makanan di tumpukan sampah?

[caption id="attachment_268705" align="aligncenter" width="285" caption="gambar diunduh dari detikfinance.com"][/caption]

Saya tiba-tiba teringat satu pasal yang menyatakan bahwa “-fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara-.”

Dan izinkan saya kali ini bertanya kepada anda semua, apakah kita selaku masyarakat bukan merupakan bagian dari negara? Apakah menjaga mereka yang papa hanyalah tugas para pejabat pemerintah? Apakah menjaga anak-anak yang tiap malam menggigil dingin tidur di emperan toko adalah tugas dinas sosial saja? Apakah menjaga para yatim dan orang-orang jompo hanyalah tugas badan zakat, panti asuhan, LSM, dan organisasi sosial lainnya? Tugas “Negara”, bukan sama sekali tugas kita?

Hari ini sepagi ini saya terpekur melihat sesosok anak laki-laki kecil yang duduk takzim di emperan toko kota bandung. Tanpa celana “mempertontonkan” alat kemaluannya yang tak sempurna, “mengumbar” perut yang ditempelkan plastik tempat kotoran keluar dari ususnya (maaf tak bisa saya memberikan fotonya, tak tega saya memfotonya saat itu). Gusti, miris sekali saya melihatnya. Nyaris menangis saya dibuatnya. Apakah kita akan “membiarkan” terus orang-orang seperti anak ini menggantungkan hidupnya dari mengemis? Tak bisakah kita semua membantu untuk memberikan janji kehidupan yang lebih baik?

Sudahkah kita semua menjaga orang-orang seperti mereka? Memberikan apa yang kita bisa demi menolong orang-orang yang membutuhkannya? Atau kah kita hanya terbiasa mengatakan tugas “negara-”lah untuk menjaga fakir miskin, anak terlantar, dan orang-orang papa? Begitu enggan untuk bersedekah walaupun hanya uang receh saja, begitu malas melibatkan diri dalam kegiatan sosial disekitar kita, begitu jijik dekat-dekat mereka yang sering dianggap jorok badannya. Ah, pertanyaan-pertanyaan saya, anda pribadilah yang bisa menjawabnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline