Lihat ke Halaman Asli

Berjuang= Berkorban Melawan Keterbatasan!

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_259251" align="alignright" width="225" caption="diunduh dari ariff-p.blogspot.com"][/caption]

Kekaguman saya

Saya barusan terpana saat membaca salah satu halaman di suatu majalah terkemuka mengenai finalis danamon award dengan beragam kategori pejuang diberagam bidang. Saya akan mengutip salah satu sosok, Lilik Sulisyowati (51 tahun), yang dijelaskan di halaman tersebut

“Seorang aktivis Yayasan Abdi Asih Surabaya, Jawa Timur ini memberi pendampingan, penyadaran, serta keterampilan menjahit, memasak, dan kecantikan untuk pekerja seks komersial (PSK) dikawasan lokalisasi Dolly Surabaya. Pejuang martabat ini juga mencegah pelacuran anak bawah umur dan menyadarkan anak usia SMP. Semua dilakukannya dengan modal awal menjual rumah sendiri....”

Saya tempatkan kekaguman dan hormat saya yang setinggi-tingginya untuk beliau saat membaca barisan kalimat singkat tersebut. Saya tak tau latar belakang apa yang menyebabkan beliau bisa sampai terjun beraktivitas sedemikian rupa (dan saya juga tak mau ambil pusing untuk itu), yang saya sangat kagumi ialah bagaimana beliau mampu melakukan itu semua, mencoba membasmi akar masalah dengan aksi nyata, dan membiayai dengan mengorbankan kepentingannya.

Selain beliau ada juga beragam sosok lainnya, sosok-sosok hebat, sosok-sosok pejuang, pahlawan, pioneer dalam beragam hal.

Ada ibu kiswanti yang berkeliling meminjamkan buku menggunakan sepeda onthel serta mendirikan taman bacaan di parung bogor. Semangat untuk maju dan memajukan orang membuat beliau yang bersuamikan buruh bangunan tetap berkarya dan “menciptakan” hal luar biasa.

Ada pak erwan yang memecah sepi desa terpencil, Bau Bango, Katingan, Kalimantan Tengah yang awalnya tak punya sarana komunikasi. Beliau kreatif mendirikan radio Asbun (yah anda tak salah baca, nama radionya memang “Asbun”) dengan niat menjadikannya sarana informasi dan hiburan masyarakat. Ide yang direalisasikan secara nyata tersebut bahkan mampu menghilangkan kebiasaan berkelahi massal yang sering terjadi disana.

Ada juga pak tarjono slamet yang memiliki cacat fisik yaitu kehilangan kaki serta saraf tangan mati, namun hal tersebut tidak menghalangi beliau untuk membangun usaha mandiri craft di bantul, Yogyakarta. Suatu usaha yang membuat aneka mainan kreatif dengan cara merekrut 25 karyawan para difabel penyandang polio di Solo, Semarang, Banyuwangi, Magetan, dan Gunung Kidul.

Ah benar-benar sosok-sosok yang hebat, sosok yang mampu menginspirasi, sosok yang bisa berjuang ditengah beragam keterbatasan dan kekurangan tanpa takut untuk berkorban. Bagi saya mereka (dan sosok-sosok lainnya yang tak saya tuliskan) pantas untuk mendapatkan predikat “pahlawan” (walau saya tahu mereka sama sekali tak membutuhkan titel itu)

Renungan saya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline