Oleh Umar Abdullah
[caption id="attachment_3284" align="aligncenter" width="237" caption="Kaos I LOVE MATH"] [/caption] MATEMATIKA ADALAH PENGETAHUAN DASAR SEORANG MUSLIM Bagi Pesantren Media, Matematika atau ilmu hitung adalah pengetahuan dasar yang harus dimiliki seorang muslim. Jika dia membeli sesuatu, dia harus tahu berapa uang kembalian yang seharusnya ia terima.Bagaimana tidak. Jika ia seorang wanita dan akan melakukan perjalanan jauh, dia harus menghitung berapa lama dia akan melakukan perjalanan. Apakah lebih dari 24 jam atau tidak . Jika dia seorang yang berharta, dia harus bisa menghitung zakat yang harus ia keluarkan. Jika ia ingin berwirausaha, ia harus bisa menghitung berapa modal yang diperlukan. Kapan break event point (modal kembali). Jika ia akan pergi jihad, maka ia harus berhitung berapa jarak perjalanan, berapa bekal yang harus ia bawa, kendaraan apa yang ia harus pakai, senjata apa yang pas untuk menaklukkan lawan. Jika ia seorang panglima perang, ia harus bisa menghitung banyak hal agar bisa memenangkan pertempuran. Apalagi jika ia seorang khalifah, seorang amirul mu’minin, ia harus bisa menghitung banyak hal, termasuk berapa kebutuhan rakyatnya dan bagaimana cara memenuhinya. Singkat kata, jika seorang muslim tidak bisa berhitung maka dia akan banyak bergantung ke orang lain untuk menghitung. Dan bukan tidak mungkin akan terjadi kekisruhan atau kezaliman karena ia tidak bisa menghitung. Na’udzu billaahi min dzalik. MATEMATIKA NALARIA Pesantren Media mengajarkan Matematika Nalaria ke santri-santrinya. Matematika yang mengajak seseorang berpikir logis ketika menyelesaikan masalah-masalah menghitung sesuatu. Inilah sebab kenapa kami mengadosi matematika jenis ini agar tertanam dalam pikiran para calon da’i bidang media ketika menghadapi persoalan-persoalan kehidupan yang kasat mata. Agar mereka bisa berpikir logis. Agar mereka sensitif terhadap hal-hal yang tidak logis dan membuangnya ke tempat sampah. Dan terbiasa memecahkan masalah-masalah tersebut dengan cepat. [caption id="attachment_3283" align="aligncenter" width="300" caption="Poster al-Hadits"] [/caption] PROF. RIDWAN Kami mengadopsi Matematika Nalaria ini dari Konsep yang ditelurkan oleh Prof. Ridwan. Seorang juara olimpiade matematika yang ingin memunculkan para pemimpin masa depan melalui pendekatan matematika nalaria. Beliau juga ingin agar para para pemimpin tersebut sangat lekat dengan nilai-nilai ruhiyah agar selalu dekat dengan Allah dan tidak zalim ketika memimpin. Jadi, dengan kami, konsep Prof. Ridwan ini beda jalur satu tujuan. [caption id="attachment_3282" align="aligncenter" width="233" caption="Prof. Ridwan"] [/caption] KEGAGALAN PENGAJARAN MATEMATIKA TEORITIS Kami menyebut matematika yang diajarkan di sekolah-sekolah dari SD hingga PT sebagai matematika teoritis. Matematika yang lebih menekankan ke rumus-rumus yang harus dihapal tanpa dijelaskan falsafah kenapa keluar rumus tersebut. Terlebih lagi matematika di sekolah-sekolah umum tersebut kurang ditekankan dalam praktek untuk memecahkan masalah kehidupan. Akhirnya anak sekolah dijejali simbol-simbol dan angka-angka yang tidak tahu mau dipakai untuk apa. Padahal jika matematika dipakai untuk mempermudah memecahkan masalah-masalah kehidupan, tentu akan disukai siapa saja. [caption id="attachment_3285" align="aligncenter" width="300" caption="Santri2 PM dengan Prof. Ridwan"] [/caption] Kami mendapatkan dua santri yang bertolak belakang dalam urusan matematika. Satu santri ketika SMPnya sangat membenci matematika. Ketika kami minta belajar Matematika Nalaria, awalnya ia enggan mengikutinya. Namun setelah beberapa kali pengajaran, dia mulai suka dan akhirnya suka matematika. Pernah dia mengerjakan seluruh soal matematika nalaria, dan betul semua. Santri yang lain, bertolak belakang. Di Ijazah SMA nilai matematikanya 9. Tapi ketika diminta mengerjakan soal matematika nalaria hasilnya 0. Saya hanya bisa menduga mungkin selama ini dia dicekoki dengan teori matematika. Ketika harus berhadapan dengan nalar matematika, dia tidak terbiasa. Atau mungkin juga nilai matematikanya adalah hasil contekan. Karena kami mendapat berita dari siswa-siswa bahwa mereka disuruh contek-contekan, bahkan contekannya disediakan oleh guru. Jangan-jangan inilah hasil belajar matematika di sekolah. Kasihan.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H