Lihat ke Halaman Asli

Media Digital

Mahasiswa

Aksi "Orang Baik Tidak Memilih Penculik", Sejarah Kelam Calon Presiden

Diperbarui: 21 Oktober 2023   09:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Lamhot Aritonang/detikcom

Gerakan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang aktif di media sosial telah masif. Mereka dengan lantang menolak dan menyerukan aksi "Orang Baik Tidak Memilih Penculik." Dengan aksi ini, mereka mengingatkan kita pada tragedi masa lalu yang melibatkan sosok yang saat ini mencalonkan diri sebagai pemimpin.

Meskipun sebagian besar dari mereka belum lahir pada tahun 1998 saat tragedi penculikan terjadi, mereka memahami sejarah dengan cara yang unik. Mereka menggali informasi dan fakta, dan dari situ, mereka meyakini bahwa seseorang dengan catatan hitam dalam sejarahnya tidak pantas menjadi pemimpin.

Dalam sejarahnya, Capres Prabowo Subianto terbukti terlibat dalam penculikan aktivis mahasiswa dan melanggar HAM. Ini adalah fakta sejarah yang tidak dapat diubah oleh upaya pencitraan apapun. Sayangnya, undang-undang di negara ini tidak pernah mencoba membatasi persyaratan kepemimpinan terkait rekam jejak masa lalu.

Oleh karena itu, gerakan kesadaran moral "tidak memilih penculik" adalah langkah terakhir yang bisa diambil. Tujuannya bukan untuk menghentikan seseorang maju, tetapi untuk mengingatkan bahwa bagi mereka yang memilihnya, ini sama dengan mengabaikan tindak kriminal sekaligus menguburkan fakta sejarah.

Gerakan mahasiswa ini adalah hal yang paling ditakuti oleh Prabowo. Ini bukan gerakan yang berusaha menyebarkan kebencian, tetapi menyampaikan pesan bahwa ada calon lain yang lebih pantas untuk dipilih. Ketakutan Prabowo terhadap gerakan ini tidak bisa disembunyikan oleh senyum ramah dalam menanggapi masalah masa lalunya.

Sebagai akibatnya, Prabowo harus mencari cara untuk "membeli" Budiman Sudjatmiko. Sosok yang awalnya menentang penculikan, kini tampil ke arah yang berlawanan. Budiman diberi tugas untuk menyampaikan pesan bahwa apa yang dilakukan Prabowo seharusnya dilupakan demi rekonsiliasi nasional.

Budiman sebelumnya mengakui bahwa Prabowo telah menculik rekan-rekan aktivisnya. Namun, pertanyaan tentang siapa yang harus bertanggung jawab atas tindakan tersebut masih menggantung. Ini seperti modus operandi pencucian tangan yang tak pernah selesai, atau mungkin tangan yang tetap berlumuran darah meskipun telah dibersihkan, tetapi tetap berwarna merah.

Kita masih ingat bahwa dalam dua momen debat Capres pada tahun 2014 dan 2019, pertanyaan tentang pelanggaran HAM selalu muncul bagi Prabowo. Prabowo selalu merespons dengan alasan yang sama, yaitu bahwa semua keputusan berada di tangan Panglima TNI.

Jika Prabowo maju dalam Pilpres 2024, apakah pertanyaan ini akan muncul lagi? Kemungkinan besar, ya. Ini menjadi pertanyaan penting bagi generasi milenial yang cenderung berpikir rasional. Pertanyaan inilah yang selalu mempengaruhi dukungan suara dan bahkan menggagalkan kemenangan Prabowo.

Gerakan mahasiswa "orang baik tidak memilih penculik" menjadi sebuah opsi yang harus kita pertimbangkan. Apakah kita ingin menjadi orang baik hanya sehari di bilik suara, atau menjadi orang yang tidak baik selama 5 tahun saat kita memilih seorang penculik sebagai pemimpin?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline