Lihat ke Halaman Asli

Media Digital

Mahasiswa

Prabowo, Gibran dan Ambisi Politik, Kehendak Rakyat atau Kepentingan Pribadi?

Diperbarui: 15 Oktober 2023   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prabowo, Gibran dan Ambisi Politik, Kehendak Rakyat atau Kepentingan Pribadi?. Foto: tvonenews

Banyak yang penasaran mengapa Prabowo begitu keras kepala dan gigih mengajak Gibran sebagai calon wakil presiden. Gibran masih terlalu muda, tapi tetap ditawarkan untuk jadi cawapres. Sehingga hal ini menimbulkan pertanyaan banyak orang.

Mayoritas orang kemudian membuat kesimpulan bahwa Prabowo mungkin terlalu ambisius. Tampaknya dia sangat ingin sekali berkuasa, dan 2024 adalah peluang terakhir baginya untuk menjadi presiden. Menunggu lima tahun lagi, baginya, mungkin terlalu lama. Keburu tua juga.

Kesimpulan ini hanya membuat orang semakin kesal. Mungkin orang bertanya-tanya, memang di dalam Koalisi Indonesia Maju, tidak ada calon wakil presiden yang cukup kuat, sehingga mereka harus mencari seseorang dari luar untuk dijadikan cawapres?

Prabowo sendiri telah menyatakan bahwa dia telah mendengar aspirasi dari partai dan relawan yang mengusulkan nama Gibran sebagai calon wakil presiden. Dia tampaknya tidak menolak, bahkan menunjukkan antusiasme untuk berduet dengan Gibran. Buktinya dia sedang menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batasan usia calon presiden dan wakil presiden.

Namun, tampaknya Prabowo, karena ambisinya yang begitu besar, tidak memedulikan fakta bahwa Gibran seharusnya naik secara perlahan-lahan dalam karir politiknya. Prabowo tampaknya tidak merespons kritik banyak orang yang merasa bahwa Gibran masih terlalu muda dan kurang pengalaman dalam dunia politik. Gibran baru beberapa tahun terlibat dalam politik dan hanya menjadi wali kota dalam waktu singkat.

Prabowo memberikan alasan bahwa segala sesuatu mungkin terjadi jika itu merupakan keinginan rakyat. Namun, banyak yang meragukan asal-usul "kehendak rakyat" ini.

Menggunakan alasan "kehendak rakyat" adalah hal yang sering terjadi. Namun, yang dimaksud dengan "rakyat" oleh Prabowo masih menjadi pertanyaan. Aspirasi ini tampaknya berasal dari relawan, yang jika ditelusuri, banyak yang mendukung Prabowo. Itu tampaknya bukan representasi sejati dari keinginan rakyat secara umum. Bahkan, aspirasi tampaknya datang dari baliho, yang biayanya sangat tinggi. Rakyat mana yang bersedia mengeluarkan uang untuk pemasangan baliho sebesar layar tancap?

Mungkin wajar jika masyarakat merasa curiga, karena bagi mata awam, tampaknya semuanya diatur sedemikian rupa agar Gibran dapat lolos dari batasan usia yang seharusnya menghentikannya dari menjadi calon wakil presiden. Banyak orang merasa khawatir bahwa isu dinasti politik semakin kuat. Jika Gibran benar-benar mendapatkan posisi cawapres, orang-orang akan berpikir bahwa dia hanya memanfaatkan keistimewaan sebagai anak presiden untuk mencapai ambisi politiknya.

Jadi, ketika Prabowo menyatakan bahwa munculnya nama Gibran adalah keinginan rakyat, sebenarnya yang dimaksud adalah keinginan relawan atau kelompok pendukungnya.

Prabowo terus menggunakan narasi "demi rakyat," yang sebenarnya menjadi alat politik. Tampaknya Prabowo belum berubah dan masih memegang prinsip-prinsip politik yang sama. Dia terus menyuarakan impian untuk melihat negara maju dan dihormati, sekalipun dia pernah memprediksi bahwa Indonesia akan bubar pada tahun 2030. Meskipun dia berulang kali mengatakan bahwa dia ingin melihat kesejahteraan rakyat, terkadang tampak bahwa rakyat hanya digunakan untuk mencapai ambisinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline