debat publik pilbup Malang (dok. pribadi)
DEBAT publik pamungkas yang digelar KPU Kabupaten Malang diwarnai pernyataan saling 'menjatuhkan' antarpaslon, Selasa (1/12/2020) malam. Lontaran yang bernada menyindir ketidakcakapan beberapa kali mengemuka sepanjang debat selama sekitar 2 jam ini.
Karuan saja, serangan yang lebih terbuka ini kerap kurang mengenakkan, sehingga harus ditanggapi lebih serius oleh paslon yang menjadi obyek pertanyaan maupun tanggapan. Kali ini, tiga paslon kandidat pilbup Malang pun lebih banyak memberi klarifikasi atas komentar yang dirasa menyudutkan.
Perang soal kapasitas kepemimpinan calon bupati ini, banyak terjadi terlebih antara paslon nomor urut 1 dan 3. Heri Cahyono (Sam HC), yang berpasangan dengan Gunadi Handoko (paslon 3), beberapa kali melontarkan apa yang bisa diperbuat petahana, Sanusi-Didik Gatot S (paslon 1), dalam mengatasi persoalan pupuk yang membuat petani menjerit. Termasuk, pelayanan perijinan dan administrasi kependudukan yang berbelit.
Menanggapi tudingan ketidakberdayaan yang dilontarkan paslon 3, calon bupati petahana Sanusi pun tampak gerah. Ia beranggapan calon bupati Heri Cahyono terlalu memaksakan opininya dalam memahami tata kelola pemerintahan.
Sanusi menegaskan, Sam HC tidak memahami birokrasi dan peraturan pemerintahan, dan terlalu menyederhanakan seperti manajemen perusahaan.
"Memangnya semua bisa dilakukan bupati. Kalau semua dipikir gampangnya, nah ini bisa jadi gak paham aturan pemerintahan itu. Nah, di sini masyarakat harus jeli nantinya memilih calon bupati," timpal Sanusi, usai debat terbuka.
Paslon 3 juga lebih menampakkan diri seperti joker atau tukang sapu, yang leluasa memberi pressure bagi dua paslon lainnya. Calon bupati paslon 3, Sam HC, bahkan sempat melontarkan persepsi kepemimpinan saling sandra-menyandera, jika dijabat petahana ataupun calon wakil bupati paslon 2, Didik Budi Mulyono, yang berpasangan dengan Latifah Sochib.
Apa maksudnya? Menurut Heri Cahyono, dikarenakan keduanya sama-sama pernah menjadi pejabat tertinggi di lingkungan pemerintahan Kabupaten Malang. Sanusi berstatus bupati yang selesai masa tugas, sementara Didik Budi adalah bekas anak buahnya yang kini pensiun dengan jabatan terakhir sebagai sekda.
"Saya kira ada masalah apapun saat di pemerintahan, keduanya sama-sama tahu lah. Bisa jadi saling menutupi. Lah, ini kan namanya saling tersandra," jelas Sam HC, saat konferensi pers usai debat. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H