Choirul Amin, Kolumnis dan Founder inspirasicendeki.com
Bergiat di Aksara Cendekia Malang.
coffee is not enough about itself! But enjoying it will be encourage anything. That is my coffeestory!
TAK terhitung berapa kali kedai kopi jadi jujugan, bahkan berpindah-pindah tempat, dengan suasana berbeda tentunya. Bagi banyak orang, menikmati secangkir kopi panas memang menjadi kebiasaan favorit, yang tak terlewatkan dalam kesehariannya, saat siang ataupun malam.
Suasana dan kenikmatan rasa memang menjadi pilihan ketika menikmati waktu ngopi. Ada efek yang selalu dirasakan penikmatnya, tatkala menyesap nikmatnya jenis minuman yang aslinya berasa pahit ini. Semakin pas, bisa jadi akan menjadikan penikmatnya betah berlama-lama duduk dengan secangkir kopi di depannya.
Sebuah artikel yang memuat hasil penelitian menunjukkan, walaupun kafein mungkin baik untuk meningkatkan produktivitas, tetapi kafein tidak selalu membantu siapa pun meningkatkan kreativitas mereka dalam menghasilkan ide-ide baru. Namun, jika ingin fokus untuk menyelesaikan masalah, kafein bisa bermanfaat bagi orang-orang kreatif, yang perlu fokus pada pekerjaan mereka. Bagaimana menurut Anda?
Menikmati kopi panas menjadi pilihan kebanyakan orang, di sela-sela aktivitasnya atau sepulang kerja. Namun, hangatnya secangkir kopi juga pas untuk mengawali hari, atau bahkan untuk menghabiskan sisa-sisa waktu, hingga hari berganti. Setiap momen ngopi, mempunyai makna dan tujuan berbeda. Ngopi bisa menginspirasi, bisa juga mengalihkan situasi diri si penikmatnya.
Pun bagi penulis, menikmati kopi memang sulit tergantikan. Kapanpun waktunya, dimana saja disempatkannya sejenak, bahkan kerapkali berlama-lama. Yang mungkin tak lazim, kopi yang jamak untuk menemani saat menikmati relaksasi, kerap tidak dimaknai begitu saja adanya. Otaknya masih terus bekerja, dengan sesekali diam dalam kepulan asap yang terus saja dirasakannya.
Ada kebiasaan tak lazim kerap ditunjukkan memang. Penulis lebih suka kongkow menikmati kopinya sendirian saja. Yang mungkin nampak terbaca orang lain, ia bisa dianggap acuh pada sekeliling. Mungkin juga, orang lain beranggapan ada masalah personal yang tengah dihadapi, dan mengganggu pikirannya. Ekstrimnya, ia memang tidak sedang butuh ditemani atau bahkan sekadar disapa. Heheee...
Bagi penulis, sederhana saja: menikmati kopi menjadi salah satu cara, membaca apa yang menggejala dan menjadi fenomena. Fenomena dan realita yang tak lewat begitu saja, karena kerap menjadi kegalauan karena memang meresahkan. Memuaskan diri setiap menikmati ngopi, bukan berarti acuh dan tak peduli atas apapun yang terjadi. Barangkali begitu sederhananya!
Banyak cara lain tentunya, bertafakkur di alam terbuka, agar lebih jernih memaknai 'kuasa' untuk lebih melihat hal kasat mata (problem eksistensial) yang ada. Atau, tenang berdiam diri di tempat peribadatan dan persembahyangan, juga cukup efektif menjadi 'madrasah' dalam belajar memahami berbagai masalah sosial dalam kehidupan kita.
Kopi dan Keindonesiaan, Tak Terpisahkan
Indonesia adalah produsen dan kaya komoditas jenis kopi adalah fakta adanya. Jenis kopi asli Indonesia bisa ditemukan hampir di semua bagian wilayah nusantara, mulai pulau Aceh dan Sumatera hingga Papua. Ada kopi Toraja (Sumatera), kopi Gayo (Aceh), kopi Kintamani (Bali), hingga kopi Rinjani. Paling banyak, varian kopi persebarannya ada di Pulau Jawa, terutama Jawa Barat dan Jawa Timur.
Setidaknya, dalam sebuah acara internasional penghargaan khusus negara produsen kopi, nama Indonesia pernah mendapatkan penghormatan besar-besaran. Indonesia terkenal sebagai negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia, sekaligus pengekspor kopi robusta terbesar kedua seantero bumi. Negara penghasil terbesar kopi, menurut data Organisasi Internasional Kopi, adalah Brazil, Vietnam, Kolombia, dan Indonesia secara berurutan.