[caption id="attachment_77001" align="alignleft" width="300" caption="sumber: http://matanews.com/wp-content/uploads/sri-sultan.gif"][/caption] KISRUH mengenai silang pendapat RUU Keistimewaan DIY yang sempat mengharubiru sirkumstansi panggung politik nasional di tanah air pelan-pelan reda. Statement Presiden SBY yang sempat membuat gonjang-ganjing politik tanah air berakhir dengan damai dan elegan. Semua itu berhasil diredam akibat sikap bijak dan bersahaja dari sosok Sri Sultan Hamengkubuwono X yang sekaligus seorang gubernur DIY. Sultan dengan tegas mengatakan bahwa dirinya hanya memberikan penjelasan substansif satu kali saja mengenai Rancangan Undang-undang Keistimewaan (RUUK) DIY, selanjutnya Sultan tidak mau berdebat dengan Presiden (Kamis, 2 Desember 2010, www.kompas.com). Saya melihat, penjelasan dan sikap Sultan tersebut sebagai suatu keputusan yang tepat dan elegan. Sultan sepertinya sadar bahwa silang pendapat keistimewaan DIY tidak boleh dijadikan komoditas politik untuk tujuan apapun, apalagi untuk tujuan memperkeruh semangat persatuan dan kesatuan NKRI. Sultan sadar bahwa silang pendapat yang berlarut-larut akan bisa menjadi ‘bancaan’ politik bagi aktor-aktor tak bertanggungjawab yang hanya akan menambah beban persoalan dalam masyarakat dan negara. Sikap dan pendapat Sultan yang lembut dan elegan itu sesungguhnya merupakan manifestasi dari sikap ksatria yang tahu unggah-ungguh politik dan sikap tahu diri yang sangat beradab dan santun. Sejuk dan menyejukkan. Yogyakarta tetap tidak akan kehilangan keistimewaan dalam hati rakyat Indonesia, apapun yang terjadi. Karena nilai-nilai instrinsik seperti keluhuran, keramahan dan keadaban serta spiritualisme Yogyakarta tidak akan pernah hilang dan selalu memancar ke segenap penjuru mata angin. Salam Damai MD-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H