Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Tulisan Bisa Menjadi Sebuah Harapan

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_261853" align="alignleft" width="298" caption="sumber: http://epaper.kompas.com/epaper.php?v=1.0"][/caption]

Tulisan bung Ninok Leksono di Kompas hari ini Sabtu tanggal 18 September 2010 bagaikan menjadi angin segar dalam konstelasi ekonomi politik seperti layaknnya angin yang menyapu mendung yang menggantung di langit Indonesia. Betapa tidak, pemerintahan SBY dihantam secara terus menerus oleh isu-isu politik dan konsep aneh tentang “politik pencitraan”.

Bagi saya, terminologi “politik pencitraan” yang ditudingkan kepada SBY sangat konyol. Bagaimana tidak konyol? Semua tokoh politik pasti tidak pernah meninggalkan politik pencitraan. Wakil rakyat rame-rame pasang spanduk saat kampanye, apakah itu bukan politik pencitraan? Konyol sekali.

Kembali ke Bung Ninok Leksono, artikelnya di harian Kompas pada halaman empat dalam topik Politik Ekonomi dengan judul :”SBY-nomics dan Impian The Miracle” sungguh membawa angin segar dalam peta masa depan Indonesia. Dalam sidang kabinet paripurna, Presiden SBY mendengarkan program kerja Komite Ekonomi Nasional (KEN) dan Komite Inovasi Nasional (KIN) yang dipandang oleh bung Ninok sebagai langkah yang tepat. Presiden pun, masih menurut Ninok, sangat puas dengan hasil rekomendasi kedua komite tersebut yang diapresiasi sebagai “masih ada kesempatan untuk berubah” dan masih ada ruang untuk tumbuh (room to grow). Dalam kalimat yang lebih prestisius, bung Ninok menggunakan istilah “miracle” atau keajaiban.

Meskipun di akhir artikel, ada kalimat pesimis yang dilontarkan oleh Prof. Dorodjatun yang masih sangsi bahwa Indonesia belum bisa keluar dari “pra tinggal landas” dan juga dari kalimat SBY sendiri yang hambatan-hambatannya justru kadang datang dari permainan politik seperti dari DPR, Media dan LSM.

Sebagai negara yang harus menjadi negara maju di tahun 2025, Indonesia di bawah SBY mencoba menggenjot potensi dan kekuatan ekonomi dan teknologi sebagai dua ujung tombak yang harus bersinergi. Dua konsep yang kerap dituding tidak pernah bisa bersatu di zaman Suharto dan Habibie. Dua ujung tombak itu kemudian dikombinasikan secara sinergis oleh SBY untuk mengakselerasi kemajuan Indonesia menuju Indonesia maju 2025.

Ya, membaca artikel bung Ninok tersebut, ada ruang segar dan perasaan optimisme tumbuh kembali. Benar ternyata bahwa ngapain bikin artikel yang pesimis jika kita bisa membuat artikel yang optimis dengan tetap memberikan masukan dan perbaikan untuk negeri tercinta. Sebuah tulisan ternyata punya kekuatan untuk bisa memberikan ruang tumbuh dan optimis terhadap bangsa dan negara.

Salam optimis

MD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline