Lihat ke Halaman Asli

Tanggapan untuk Artikel Terpopuler

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_232937" align="alignleft" width="300" caption="sumber: http://3.bp.blogspot.com/_U1QXmttcbN0/Sp34Zoqd41I/AAAAAAAAACs/kLxse_n06io/s640/artikel2.jpg"][/caption]

Sebagai sesama sahabat di Kompasiana, saya hendak memberikan tanggapan terhadap artikel yang ditulis oleh Inge dengan judul “Bedah Kasus Tulisan Terpopuler”.

Terpopuler memiliki makna “paling banyak dikunjungi” atau “tulisan yang berhasil menarik pembaca” untuk get link ke artikel tersebut. Kalau maknanya adalah hanya semata-mata paling banyak dikunjungi, maka si penulis harusnya belum boleh berbangga. Mengapa? Karena, (maaf) WC pun adalah tempat yang paling sering dikunjungi oleh banyak orang tiap hari, tapi bukan berarti lantas menjadi tempat yang favorit, kan? Nah, dengan analogi WC itu, hahahahah, maka tulisan yang paling banyak dikunjungi bukan berarti lantas menjadi favorit pembaca. Artinya, apa? Artinya, disamping sebab-sebab yang membuat suatu tulisan banyak dibaca oleh pembaca, ada faktor lain yang lebih penting, yaitu jangan sampai pembaca merasa tertipu oleh tulisan yang dia baca, karena ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi dia, sehingga kecele dan menganggap hanya “mampir” sebentar tanpa ada kesan seperti layaknya “mampir” ke WC.

Nah, dalam artikel ini, saya hanya akan menjelaskan faktor-faktor utama atau dalam definisi matematiknya mempunyai eigen value yang paling menentukan. Eigen value dalam bahasa bebasnya adalah nilai inti yang paling menentukan dari suatu komposisi yang ada.

Menurut hemat penulis, ada lima faktor atau alasan mengapa suatu tulisan menjadi banyak dibaca oleh pembaca, yaitu: judul, tema, sirkumstansi, dan interest, serta gabungan keempatnya. Penulis mencoba membahas lima sebab tersebut dalam bentuk simulasi.

Simulasi pertama, suatu tulisan akan menjadi populer jika faktor tema berkorelasi dengan faktor sirkumstansi sosial politik atau trend yang sedang berkembang di masyarakat. Contohnya adalah mengenai artikel mengenai Sri Mulyani Indrawati (SMI).Segala artikel mengenai Sri Mulyani pasti akan mengharubiru emosi masyarakat sehingga menjadi jaminan akan banyak dikunjungi pembaca. Untuk simulasi pertama ini, faktor sirkumstansi dan tema yang diangkat lebih menonjol ketimbang faktor judul dan interest. Faktor judul, tidak berarti banyak dalam mendongkrak pembaca, karena sembarang judulpun asal ada kata SMI, pasti laku keras. Demikian juga mengenai faktor interest, tidak berpengaruh signifikan karena pola pikir pembaca sudah mempunyai image mengenai SMI, bahwa SMI adalah “korban” konspirasi politik. Di samping itu, image SMI tergolong “bersih”, “wanita”, “cantik”, “pintar”. Dalam konteks simulasi pertama, sirkumstansi lebih dominan ketimbang tiga faktor lainnya. Artikel SMI rata-rata- dikunjungi 300 hingga 800 pembaca. Contohnya adalah Sri Mulyani, Tetap Cantik Walaupun Diboikot

Simulasi kedua, suatu artikel dimana faktor tema lebih dominan ketimbang faktor lainnya apabila kita menulis sesuatu yang berhubungan dengan tema humanisme, contohnya adalah tema tentang cinta, kehidupan, kemiskinan, lingkungan, dan lain-lain. Untuk bisa mendapatkan pembaca yang banyak, maka faktor judul juga memberikan kontribusi yang cukup adequate. Dengan memberikan judul yang inspiratif, maka akan dengan mudah menggaet jumlah pembaca. Contoh artikel jenis ini adalah artikel dengan judul Ray Sahetapy, Tangisan Seorang Ayah

Tema-tema tentang Teknologi dan Keindonesiaan bisa menyedot jumlah pembaca asal memikirkan judul secara cukup serius. Faktor X untuk menunjang jumlah pembaca adalah pemilihan waktu tayang dan foto yang inspiratif. Contoh artikel jenis ini adalah Surat Misterius untuk Perdana Menteri Singapura dan Dampak Positif Pemanasan Global

Simulasi ketiga, judul provokatif memberikan sumbangan yang cukup signifikan dalam menarik minat pembaca tanpa harus melihat tema, sirkumstansi dan interest. Namun, harus waspada, bahwa masih ada faktor X mengapa seseorang tidak terpengaruh untuk membaca artikel dengan judul yang provokatif. Faktor X itu adalah faktor elegant. Judul provokatif memang memancing orang untuk tertarik, namun jika karakter dari judul tersebut terlalu “kasar” maka seseorang menjadi sangat ogah dan jijik untuk membacanya. Orang dengan sikap yang elegant cenderung ogak dan muak dengan judul provokatif. Ada pepatah, teman menunjukkan seseorang. Demikian juga dengan judul. Judul menunjukkan karakter seseorang.

Nah, ini baru tiga simulasi. Masih banyak simulasi lainnya. Namun karena faktor keterbatasan waktu dan tenaga, penulis mengakhirinya sampai di sini dulu.

Semoga bermanfaat.

-MD-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline