Lihat ke Halaman Asli

Perempuan yang Melawan Pemaksaan dan Intimidasi

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_206808" align="alignleft" width="300" caption="Gambar: Goodevil.com"][/caption]

Perempuan itu bersedih ketika ada pria yang mengganggunya. Pria yang justru dekat dengan dirinya itu berusaha mengendalikan perempuan itu. Perempuan itu sadar bahwa kesabaran ada batasnya. Intimidasi dan segala kesewenang-wenangan harus berakhir, dengan cara damai atau tragis. Hanya itu pilihannya.

Pria itu memang "bermahkota". Namun tidak berarti dia bisa menggunakan segala cara untuk menaklukkan perempuan itu. Pria itu sepertinya tidak sadar bahwa perempuan itu mempunyai banyak kelebihan yang tak terduga.

Ya, siapa sangka perempuan yang diminatinya itu ternyata lebih cerdas dari dirinya. Menguasai enam bahasa asing. Fasih berbicara, pintar main catur dan tahu kelemahan laki-laki. Siapa sangka perempuan yang jika ditantang di muka umum itu malah justru merendah dan meminta maaf duluan apabila salah. Namun jangan harap, ketika harga dirinya diinjak, hmmm..., dia akan melawan dengan kekuatan yang tak terduga.

Perempuan itu tidak mau direndahkan. Dia adalah orang pandai bergaul dan bisa mentolerir sebuah dialog. Dialog yang menjurus sekalipun. Namun jangan lecehkan dia dengan memaksanya untuk tunduk dan patuh pada perintah laki-laki manapun.

Perempuan ini sadar, uang dan harta bukan impiannya. Dia adalah tipe perempuan yang akan menolak mahar dan seserahan dalam bentuk barang. Dia adalah perempuan yang menghormati dan mencintai ilmu dan kecerdasan. Dia adalah perempuan yang sulit dijangkau kemampuan ilmunya. Kompetensinya terlalu tinggi untuk rata-rata laki-laki di muka bumi ini.

Dia adalah perempuan yang hanya tertarik pada menulis, dialog dan membela negeri ini. Dia adalah perempuan yang menjadikan tulisan adalah "the way of life". Dia adalah perempuan yang berani melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan meskipun dengan itu dia harus berseberangan dengan sahabatnya sendiri, yang memaksanya untuk bertekuk dihadapannya.

Perempuan itu, aku mengenalnya. Aku hanya ingin dia bahagia dengan hidupnya dan masa depannya.

***Dia adalah perempuan biasa dalam sirkumstansi yang luar biasa

-MD-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline