@kompasiana.
negara kita indonesia' akhir2 ini semakin tidak menentu baik dari segi ekonomi politik dll nya hampir semua sektor mengalami lesu darah' belum lagi lapangan pekerjaan yg semakin sulit. di perparah lg dengan berita berita di media cetak/elektronik kita di suguhi tontonan yg membuat kita hampir2 menjadi apatis' melihat sepak terjang para politikus di negara ini yg tidak habis2 nya merampok' bangsanya sendiri. selebihnya adalah kejadian2 rakyat yg berorasi menuntut sejengkal perut mereka acap menjadi tontonan yg mengisi hari hari di negara ini.
dari gambaran peristiwa di atas' sebahagian kita menyikapinya dengan berbagai cara. mulai dari menyikapi secara kritis' hinggah apatis. & sedikit sekali yg optimis' lalu pertanyaan nya apakah akan mengikuti tiga pilihan tersebut? sebenarnya pilihan terserah pada anda' akan mengikuti yg mana tapi ada baiknya kita meninjau pilihan lain dari ketiga pilihan tersebut.
kritis.
banyak org2 yg memilih menyikapi hal di atas tadi dengan sikap kritis' yg sangat di sayangkan sering tidak berujung karena sifat kritis itu bagai bilah pedang bermata dua' satu sisi untuk org lain di satu sisi lg ke arah kita. bayangkan jika sifat kritis kita di manfaatkan oleh pihak ketiga' baik itu melalui pendoktrinan ideologi ataupun melalui peran media. maka ketika negara itu sdh tidak memandang lg norma2 budaya maka otomatis negara tersebut cepat atau lambat bagai mayat hidup' karena negara yg tidak berbudaya adalah negara tanpa batasan norma2 yg telah di hancurkan sikap kritis yg biasanya selalu menuntut berlebihan.
apatis.
sedangkan sebahagian kita jg ada yg memilih sikap apatis' ( boleh jadi sebahagian mereka yg apatis' tersebut tadinya adalah org2 yg telah lelah bersikap kritis. ) di dasari rasa lelah akan keadaan yg tidak kunjung berubah sebahagian kita mulai lelah & menimbulkan sikap apatis hingga memicu krisis kepercayaan' yg pada sebahagian kasus biasanya terjadi pada kaum muda yg tidak mendapat bimbingan dari org tua yg sibuk memenuhi kebutuhan hidup' & terkadang inilah yg sering di manfaatkan oleh kelompok-kelompok radikal untuk di jadikan radikal radikal masa kini. benar2 sangat di sayangkan.
optimis.
optimis' sebahagian besar masyarakat kita saat ini sangat jarang yg memiliki sifat tersebut selain dibutuhkannya faktor pendukung biasanya rasa optimis tersebut hanya di miliki kalangan have' (demi eksintensi) karena kalo tidak biasanya akan kandas tergerus arus seperti yg di sebut di atas tadi karena sifat optimis hampir menjadi barang langka di negeri ini.
belajar dari sifat ikhlas.
belajar dari hal' di atas rasanya tidak ada yg bisa kita lakukan selain belajar untuk ikhlas' selain kita harus realistis ( perut perlu di isi ) kita jg perlu memperbaiki kualitas keturunan agar bisa mengambil peran lebih dari yg kita bisa dapat saat ini & perlunya kita menjaga diri & keluarga agar tidak terkontaminasi keadaan hingga tidak berpotensi salah arah & di manfaatkan keadaan atau para politikus praktis & para radikal
akhir kata saya ingin berbagi pengalaman saya yg saat ini menjadi pedoman saya dalam menghadapi situasi negara kita yg terus menerus kacau ini. pada suatu hari saya di ajak kawan untuk memancing ke pelabuhan belawan. ( saya sendiri tidak hobi mancing ) walaw saya agak malas tapi saya pikir tidak apa sekali kali.. lalu kami memancing hingga sore hari & mendapat hasil pancing yg lumayan tak banyak memang tapi cukuplah buat di goreng untuk makan di rumah' setelah ikan selesai di goreng tanpa sambal tentunya ( namanya anak kost' harus siap hdp ala' militer ) kamipun makan sambil mengunyah ikan yg sdh di goreng tersebut timbul pertanyaan dalam benak saya.. kok rasa ikan nya tidak asin ya? padahal kan ikan ikan ini berasal dari laut & kebetulan laut di tempat saya asin ( klo di tempat anda saya tidak tau :D ) akhirnya dalam hati saya benar2 bersyukur kepada tuhan yg maha esa yg menciptakan ikan yg tidak hanya enak di makan' tapi ada pelajaran dalam penciptaan nya. yg mengajarkan saya tidak perlu menjadi seperti apa yg di inginkan keadaan negara ini & harus tetap waras' untuk masa depan saya
semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.
r.maulana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H