Telegraph melaporkan kemajuan selama setahun ISIS berkuasa. Penerapan syariat Islam secara kaffah menjadi bagian yang tidak bisa terhindarkan jika kita menyebut nama ISIS. Mulai dari hukum, pendidikan sampai perekonomian serta bidang-bidang lain tidak lepas dari syariat Islam. Hal inilah yang membuat para pengusaha yang berada di Suriah lebih memilih melakukan Usaha di wilayah ISIS.
Mereka berpendapat jaminan keamaanan, hukum dan sistem ekonomi berdasarkan syariat Islam lebih menjamin usaha mereka ketimbang wilayah lain meskipun diwilayah yang dikuasai sekutu Amerika sekalipun. Secara hukum usaha mereka terjamin karena tidak ada yang berani untuk mencuri, merampok bahkan korupsi dengan hukum Allah yang mereka terapkan. Belum lagi sistem perekonomian berbasis syariah yang begitu memudahkan serta adil. Bagi muslim mereka hanya diwajibkan membayar zakat dan dimana zakat tersebut akan dikembalikan lagi ke umat Islam yang miskin dan non muslim yang membutuhkan serta Jizyah yang dipungut dari kalangan non muslim dengan jaminan keterjagaan jiwa, harta dan kehidupan mereka.
Keadilan dan keteraturan juga mendapat penilaian dari masyarakat seperti yang dilaporkan. Zakat dibagikan sebulan beberapa kali diwilayah yang dikuasai ISIS serta penerapan shalat dilakukan bersama-sama pada saat jam shalat dimana tidak ada lagi yang sibuk bekerja atau beraktifitas. Semua akan teratur untuk mempersiapkan diri untuk shalat meski dijalanan, restoran sekalipun jika masjid tidak cukup menampung atau tidak adanya ketersediaan masjid. Selain itu menghindari serangan tiba-tiba musuh-musuh mereka.
Memang ISIS sudah mendapat beberapa penilaian yang baik. Baik dari masyarakat sendiri sampai beberapa wartawan yang datang langsung diwilayah ISIS untuk memberikan penilaian secara jujur tentang keadaan masyarakat disana. Inilah yang kadang disembunyikan oleh media. Media tidak pernah datang tapi memberitakan berita seolah-olah itu adalah keberanan dan mencomot dari musuh yang tentu memberikan propoganda serta tidak memberikan pemberitaan secara jujur, adil dan transparan. Padahal media tidak boleh berpihak dan media tidak boleh menjual diri ibarat pelacur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H