Saya jarang sekali berjalan kaki, biasanya saya lebih memilih bersepeda atau memakai sepeda motor. Waktu masih berkantor saya berjalan kaki jika akan menuju ke warung untuk makan siang. Ternyata secara tidak sengaja saya menyadari fenomena trotoar di Jogja atau mungkin dikota lain di Indonesia. Jika ada pedagang kaki lima, parkir motor ataupun mobil di trotoar mungkin sudah biasa bagi kita, yang ingin saya soroti adalah penataan trotoar itu sendiri.
Kalau saya sebagai pejalan kaki, saya akan merasakan ketidaknyamanan ini dikarenakan pot bunga! Ya, pot bunga yang banyak terdapat di sepanjang trotoar secara penempatan sungguh menggelikan, ini yang membuat saya bolak balik naik turun trotoar karena pot bunga tersebut berukuran besar dan terletak di tengah-tengah trotoar! Ada juga yang ukuran pot bunga dan trotoar sangat tidak sesuai. Pot bunga yang seharusnya menjadi penghias trotoar sebagai hiburan pejalan kaki (mungkin) malah menjadi penganggu yang utama para pejalan kaki itu sendiri. Kalau saya perhatikan penataan trotoar seperti ini hampir ada diseluruh kota di Indonesia.
Saya tidak tahu alasannya, apakah tata kota warisan kolonial, kurangnya pejalan kaki sehingga lirihnya suara pedestrian untuk didengar, atau yang parahnya: keacuhan pemerintah untuk sekedar melihat fenomena ini dan memperbaikinya. Pemda atau pemkot seharusnya lebih peka dengan fenomena ini. Terutama Jogja dengan Kampanye Sego Segawe-nya (Sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe / Sepeda untuk sekolah dan bekerja). Pemkot Jogja seharusnya juga memikirkan trotoar yang Pro Pedestrian.
Jika dipandang dari sudut sinisme saya, trotoar itu mungkin memang hanya milik pemerintah, bukan pejalan kaki. Jadi kalau tidak menghasilkan duit tidak akan diperbaiki fungsinya atau dibiarkan seperti itu karena menghasilkan duit (PKL, Tempat Parkir). Atau kalo tidak bertemu dua parameter itu maka didesain sekonyol mungkin agar tetap tidak bisa digunakan pejalan kaki (Memasang Pot Bunga di tengah-tengah trotoar). Mungkin... dan mungkin-mungkin yang lain.
Setelah capek nyinyir tentang pejalan kaki maka sama halnya bagi pemakai sepeda. Saya suka bersepeda sampai pada saat saya memutuskan untuk berhenti sejenak, maka saya akan bingung memarkir sepeda saya dimana. Karena saya memang suka sepeda yang tidak ada stand-nya maka jika saya singgah ke suatu tempat saya harus mencari sandaran untuk sepeda saya.
Jika di trotoar pasti otomatis saya sudah kalah dengan tempat parkir sepeda motor dan [pot bunga]. Jika di Jogja, saya pernah menemukan tempat parkir sepeda di Daerah Sagan, dekat pertigaan menuju ke LIP (Lembaga Indonesia Perancis) selain itu saya hanya menemukan parkiran sepeda di komplek UGM. Di mall pun hampir sama, saya pernah ke salah satu Mall Terbesar di Jogja di daerah Jalan Solo dengan menggunakan sepeda, saya diarahkan ke 'parkiran sepeda' yang berupa area di pojok parkiran basement bercampur dengan motor-motor delivery makanan cepat saji dan tentu saja tidak ada tempat Parkir Sepeda secara khusus dan saya masih harus tetap mencari sandaran untuk sepeda saya. Saya juga pernah ke Mall di daerah Sagan dan hal yang sama saya temukan, walaupun tetap ada prioritas di kedua mall tersebut bagi pemakai sepeda adalah tidak dipungut biaya parkir. Saya belum pernah ke mall-mall tersebut lagi pada akhir-akhir ini dan mungkin juga sudah ada perkembangan lain tapi saya juga tidak yakin. :D
Berikut adalah foto-foto dari fenomena Pot Bunga dari berbagai sumber:
Trotoar di Tangerang
sumber: http://blogerbenteng.com/2011/02/22/pot-bunga-di-trotoar-jalan-merdeka-tangerang/
Trotoar di Sidoarjo