Lihat ke Halaman Asli

Mengembalikan Budaya Jalan Kaki di Perkotaan

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penataan ruang dan sistem transportasi publik yang aman dan ramah lingkungan adalah prasyarat mengembalikan budaya jalan kaki di perkotaan. Kecelakaan yang menyebabkan meninggalnya 9 pejalan kaki di Jakarta pada 22 Januari lalu memicu debat mengenai sistem transportasi dan infrastruktur publik di Jakarta. Pejalan kaki hingga kini masih dianaktirikan, tidak hanya di Jakarta namun di hampir seluruh kota besar di Indonesia. Infrastruktur untuk pejalan kaki dinilai masih kurang memadai. Trotoar di Tanah Air banyak yang sudah beralih fungsi. Selain menjadi lokasi pedagang kaki lima juga menjadi lahan parkir kendaraan, sehingga pejalan kaki tidak memiliki ruang yang nyaman dan aman. Namun membangun infrastruktur bagi pejalan kaki saja tidak cukup untuk mengembalikan budaya jalan kaki di Indonesia. Diperlukan sistem transportasi yang bisa mendukung aktifitas sehat dan ramah lingkungan ini. Mayoritas pengguna sistem transportasi publik adalah para pejalan kaki. Tanpa sistem transportasi yang aman dan ramah lingkungan, kesehatan bahkan nyawa para pejalan kaki akan menjadi korban. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berjudul Health in Green Economy menyebutkan, sistem transportasi global menyumbang sekitar 23% emisi CO2 langsung pada 2008 dengan sistem transportasi darat sebagai penyumbang utama sebesar 16.5%. Peralihan ke sistem transportasi aktif (seperti berjalan kaki dan bersepeda) bersama dengan tata ruang kota yang efisien akan membawa manfaat yang jauh lebih besar dibanding menciptakan kendaraan dan teknologi yang bisa menghemat konsumsi bahan bakar. Sistem transportasi aktif bisa mencegah 3,2 juta kematian per tahun sebagai akibat kurangnya aktifitas fisik. Sistem transportasi yang tidak ramah lingkungan, menimbulkan korban dan gangguan kesehatan pada jutaan orang. Menurut data WHO polusi dan kecelakaan jalan raya membunuh 2,6 juta orang per tahun. Situasi ini terjadi terutama di negara-negara miskin dan berkembang. Tata ruang yang lebih kompak yang memadukan antara perumahan dan fasilitas komersial akan meningkatkan manfaat sistem transportasi yang ramah alam dan sehat. Dengan prinsip proximity planning, atau perencanaan yang memertimbangkan jarak tempuh, aktifitas jalan kaki, bersepeda dan naik kendaraan umum untuk pergi ke sekolah dan bekerja akan semakin diminati. Penelitian WHO di Santiago, Chili menemukan, upaya memindahkan sekolah ke lokasi yang lebih dekat dengan pemukiman penduduk mampu mengurangi emisi sebesar 12% dengan biaya pengurangan karbon hanya US$2 per ton selama 20 tahun. Manfaat lain dari sistem transportasi yang sehat dan ramah lingkungan adalah: a) Mengurangi jumlah kematian dan gangguan kesehatan akibat polusi air, udara, suara (kebisingan) yang disebabkan oleh alat transportasi. b) Mengurangi risiko kecelakaan dan gangguan kesehatan pada golongan yang tidak mampu dan mereka yang masih di bawah umur (disadvantaged groups) c) Menciptakan lapangan kerja dan aktifitas sosial yang ramah lingkungan d) Meningkatkan aktifitas fisik termasuk aktifitas berjalan kaki dan bersepeda yang aman dan nyaman e) Mengurangi emisi gas rumah rumah kaca dari sistem transportasi akan membawa manfaat kesehatan di masa kini dan masa datang. Semua target ini bisa dicapai dengan menerapkan empat strategi utama sebagai berikut: 1. Menata lahan di perkotaan secara lebih efisien dengan menambah kepadatan dan keragaman fungsinya. 2. Membangun infrastruktur yang terkoneksi untuk pesepeda dan pejalan kaki. 3. Membangun sistem transportasi massal yang aman dan ramah lingkungan. 4. Membuat kebijakan untuk mengurangi polusi dan kemacetan sekaligus untuk melindungi pengguna jalan raya. Redaksi Hijauku.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline