Lihat ke Halaman Asli

Apa yang Akan Kau Lakukan, Saat Tahu Kapan Kau Akan Mati?

Diperbarui: 9 Desember 2023   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah pertanyaan yang mampu mengubah seseorang. Bukan hanya dari pribadinya semata, melainkan dari segala aspek yang bersifat materil dan non-materil yang memiliki andil dalam membentuk sebuah sinkronisasi yang berlandaskan kepada hal yang bersifat manusiawi. Sebuah pertanyaan yang sekiranya mampu untuk merubah cara pandang setiap insan yang masih dapat menghirup udara bebas sebagai cara untuk tetap bertahan hidup. Sebuah pertanyaan yang sekiranya dapat merubah kepribadian setiap insan yang menilai bahwa kehidupan yang dimilikinya sebelumnya adalah sebuah hinaan, menjadi kepada sesuatu yang dinilainya pantas dan lebih bermoral. Singkatnya, sebuah pertanyaan yang mampu membuat dirimu menjadi lebih baik dan lebih hidup, menurut versimu.

Apa yang akan kau lakukan, seandainya kau tahu kapan kau akan mati?

Pertanyaan kecil, sebenarnya, dan sepele, juga cenderung tidak masuk akal dan terlalu mengada-ngada. Tetapi sungguh, memiliki dampak yang sangat luar biasa terhadap setiap entitas yang memiliki jiwa yang masih melekat erat pada raga mereka yang rapuh. Terkadang memang begitulah yang terjadi di dalam otakku,  secara tiba-tiba memunculkan suatu pertanyaan atau pernyataan yang sangat acak. Contohnya pada saat sekarang ini, beberapa detik yang lalu pertanyaan itu secara tiba-tiba datang menyelimuti benakku. Dan membuatku berkutat dengan sejuta jawaban dari satu pertanyaan kecil yang bodoh itu.

Ya, tentu saja aku pun juga memikirkan apa jawaban untuk pertanyaan itu. Dan saat ini, kurang lebih ada ribuan jawaban kongkrit yang menghiasi dinding-dinding imajinasiku yang sudah hampir meledak. Ribuan kemungkinan yang membuat tersendatnya seluruh garis realita. Ribuan kemustahilan yang hanya bisa diwujudkan saat kau masih memiliki garis waktu hidupmu yang kian lama kian menipis. Ribuan angan-angan yang hanya akan tetap menjadi angan-angan belaka. Tapi, tentu saja kau tetap bisa mewujudkan semuanya itu, jika kau masih memiliki waktu untuk ribuan tahun ke depan.

Dari ribuan jawaban itu, ada beberapa yang menjadi favoritku, dan saat ini masih terus kubayangkan jika suatu saat nanti hal itu akan terjadi. Jika aku tahu kapan aku akan mati, aku akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama Fiona. Ya, bersama Fiona kesayanganku! Karena selama ini aku terlalu sibuk dengan segala pekerjaanku yang membuat dirinya kini diselimuti kehampaan dan kesendirian. Walaupun seluruh pekerjaanku memang aku dedikasikan untuk dirinya, tetapi mau bagaimana pun dirinya masih tetap memerlukan seseorang yang memperhatikannya. Seseorang yang tertawa bersamanya. Seseorang yang menangis bersamanya. Seseorang yang tumbuh besar bersamanya. Seseorang yang disebutnya sebagai ayah.

Pekerjaanku sebagai ilmuwan memang sangat menyita waktuku untuk bisa bersamanya. Bahkan pada saat hari libur sekali pun, diriku masih tetap dihantui dengan panggilan-panggilan telepon dari berbagai sumber yang mengharuskan aku untuk menjawabnya, sehingga membuat waktuku bersama Fiona menjadi sangat terbatas. Membuat rasa kekanakannya menjadi terbatas karena tidak adanya sosok yang mampu menumpu semua imajinasinya. Membuat rasa keingintahuannya akan segala rahasia yang belum diketahuinya memuncak tapi tidak dapat diledakkan. Membuat dirinya kesepian.

Aku masih mengingatnya, kala itu adalah ulang tahunnya yang kesepuluh tahun, tepat  dua tahun yang lalu, saat dia sangat antusias akan hadirnya sebuah kue ulang tahun seukuran rumah Spike, anjing peliharaannya, yang sudah kujanjikan sebelumnya. Dengan beberapa teman sekolah dan teman di lingkungan rumah yang hadir, dirinya diselimuti tawa bahagia dan senyuman yang sangat mempesona yang hanya dimiliki oleh dirinya. Mereka saling berbalas tawa, menari dengan penuh keceriaan, berlari ke sana ke mari, saling bercanda dengan candaan khas kawan seusianya, tidak ada yang kurang sedikit pun. Aku yang berada di tengah kerumunan itu pun ikut tertawa dengan tingkah laku mereka, walaupun aku tidak terlalu paham dengan beberapa istilah yang mereka gunakan sebagai bahan guyonan, tetapi aku tetap menikmatinya. Aku ikut tertawa di dalamnya. Dan Fiona semakin melebarkan senyumnya saat melihat aku ikut terbawa suasana di sana.

Namun sesaat sebelum kue ulang tahun yang sudah kujanjikan itu tiba dihadapannya, sebuah panggilan masuk dari telepon selulerku berdering berulang kali. Sedikit kuabaikan pada awalnya, tetapi karena hingga lima menit ponselku tidak berhenti berdering aku pun mengangkatnya. Sebuah panggilan masuk dari kolegaku yang memang sejak beberapa hari itu sedang kutunggu. Lebih tepatnya sebuah kabar yang sangat ingin kuketahui tentang perkembangan di dalam lab yang kutinggalkan selama tiga hari untuk mempersiapkan acara ulang tahun Fiona. Sedikit ragu pada awalnya, aku pun mengangkat panggilan itu dengan sedikit bergidik. Tanpa menyebutkan nama, tanpa menyebutkan kabar, tanpa basa basi sedikit pun, kolegaku langsung berbicara kepadaku saat panggilan itu tersambung. Aku masih mengingatnya dengan sangat jelas, dia hanya berkata dua kata kepadaku dengan nada yang gemetar, 'INI BERHASIL'

Sejujurnya, dari ribuan kata yang terdaftar dalam kamus yang telah terorganisir dengan sangat sedemikan rupa, hanya dua kata itulah yang sangat kutunggu. Dua kata yang mampu membawa semua hasil kerjaku selama bertahun-tahun itu terbang menembus nirwana. Dua kata yang mampu membuat tercengang semua mata ilmuwan yang ada di dunia ini. Sedikit akan kusinggung mengenai pekerjaanku. Bertahun-tahun yang lalu aku bersama timku sedang melakukan penelitian untuk menemukan sebuah obat yang mampu menyembuhkan hingga ke tingkat jaringan sel. Agak kurang tepat jika harus menyebutnya sebagai obat, lebih tepat dibilang sebagai booster, pemacu untuk metabolisme tubuh agar bisa bekerja berkali-kali lipat dari keadaan normal. Singkatnya, booster ini dapat meregenerasi hingga ke bagian sel manusia, sehingga bagian tubuh manusia yang terluka dapat sembuh sepuluh kali lebih cepat dari biasanya. Bahkan booster ini dapat mendeteksi penyakit kanker dan membasminya dengan tuntas sebelum penyakit itu meluas. Dengan kata lain, ini adalah obat untuk segala jenis penyakit!

Awalnya aku tidak bisa percaya dengan apa yang kudengar itu, aku tidak tahu bagaimana aku harus bersikap. Memang ini adalah saat yang sangat kuharapkan, tetapi saat momen itu tiba, aku jadi tidak tahu apa yang harus kulakukan setelahnya. Diriku yang sedari tadi ikut terbawa suasana akan cerianya kerumunan, kini menjadi mengasingkan diri dengan ribuan pertanyaan yang datang bertubi-tubi. Aku tidak tahu persis bagaimana sikap Fiona selama sisa pesta itu berlangsung, tetapi saat aku berbicara kepadanya bahwa aku harus pergi sesaat setelah menerima telepon itu, senyuman, gairah dan keceriaan yang sebelumnya memuncak dan menular ke seluruh orang yang ada, kini menjadi meredup. Hilang dengan seketika. Aku tahu aku salah kala itu, menghancurkan keceriaan yang hanya bisa dinikmatinya setiap setahun sekali. Tapi mau bagaimana lagi, aku pun pergi karena ini adalah sesuatu yang sangat penting. Bukan hanya bagi orang lain atau bagi diriku, tetapi juga bagi dirinya kelak.

Ibarat pepatah, nasi sudah menjadi bubur, tidak ada yang bisa kulakukan untuk mengulang kembali waktu dan memperbaiki kesalahan yang sudah kuperbuat. Setelah peristiwa itu pun hubunganku dengan Fiona mulai merenggang. Kami mulai jarang berbagi cerita, mulai jarang berbagi tawa, bahkan untuk bertegur sapa pun Fiona seakan mengalihkan dirinya agar tidak berpapasan denganku. Seakan aku sudah melukis warna kelabu pada dunianya yang sebelumnya berwarna-warni dengan corak yang indah. Memang aku tidak menyalahkan siapa pun atas kejadian ini, tetapi melihat hubungan kami yang seperti itu sungguh membuatku sedih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline