Lihat ke Halaman Asli

M DKarunia

Pendidik

Petunjuk Itu Dimulai dari Alam Semesta

Diperbarui: 31 Oktober 2023   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.goodfreephotos.com

Dan demikianlah Kami memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan agar dia termasuk orang-orang yang yakin. "Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat." Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan." Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. (QS Al-An'am 75-79)

Demikianlah kisah tentang Nabi Ibrahim-Bapak Para Nabi yang diabadikan di dalam Al-Qur'an dalam mencari kebenaran tentang siapakah Tuhan. Melalui perenungan fenomena yang terjadi di alam semesta, Tuhan kemudian memberikan kepadanya petunjuk. Nabi Ibrahim as kemudian menyampaikan kepada kaumnya, namun mereka mengingkarinya.

Dan kaumnya membantahnya. Dia (Ibrahim) berkata, "Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada (malapetaka dari) apa yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali Tuhanku menghendaki sesuatu. Ilmu Tuhanku meliputi segala sesuatu. Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran? (QS Al-Anam: 80)

            Masa demi masa berganti, utusan demi utusan dikirimkan Tuhan untuk mengajarkan manusia tentang keberadaan, Ke-Esaan dan Kekuasaannya. Dan sampailah kepada suatu titik waktu, di tempat yang dinamai Jabal An-Nur (Gunung Cahaya). Di tempat inilah ayat pertama Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang saat itu sedang bertafakur yaitu memikirkan, merenungkan, mengingat Tuhan melalui segala ciptaanNya yang tersebar di langit dan bumi dengan kata pertamanya dari ayat tersebut yang berbunyi 'Iqra' yang berarti 'bacalah'.

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS Al-Alaq 1-5)

Dua kisah dari dua insan manusia paling mulia dalam sejarah yang diabadikan di dalam Kitab suci Al-Qur'an, dua manusia yang hidup di masa yang berbeda, dengan sebuah pertanyaan yang sama yaitu "siapakah Tuhan?" yang keduanya mengawali perjalanannya dengan memperhatikan tanda-tanda kekuasaan yang terhampar di alam semesta.

Yang menakjubkan adalah apabila kita perhatikan, lima ayat pertama surat Al-Alaq ini sangat berkaitan dan seolah-olah menjadi jawaban dari surat Al-An'am ayat 80. Ketika Nabi Ibrahim as bertanya pada kaumnya "Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah memberi petunjuk kepadaku.? Pertanyaan ini akan menimbulkan konsekuensi bagaimana caranya kita bisa mengakses petunjuk tersebut. Pertanyaan itu seolah-olah terjawab pada surat Al-Alaq ayat 1 yang berbunyi: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Bahwa bukankan Tuhan yang menciptakan-lah yang pasti memiliki semua ilmu yang meliputi segala sesuatu tentang ciptaan-Nya tersebut (Al-An'am:80), ciptaan tersebut termasuk diri kita ini--manusia yang diciptakannya dari segumpal darah (Al Alaq:2). Maka berimanlah kepada Tuhan yang menguasai segala ilmu itu. Sejatinya manusia tidak mengetahui apapun kecuali dengan perangkat anggota tubuh yang diciptakan-Nya, sumber belajar dan hukum alam yang ditetapkan-Nya. Maka dari itu sebagai manusia, bacalah dan Tuhanmulah Yang Mahamulia (QS Al-Alaq: 3), Yang mengajar (manusia) dengan pena (QS Al-Alaq:4) tentang apa yang tidak diketahuinya (QS Al-Alaq:5). Dan Tuhan akhirnya bertanya: Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran? (QS Al-An'am:80). Maka belajarlah untuk mengambil pelajaran dari apapun yang bisa kita 'baca'.  Jika dilihat dari konteks Surat Al-An'am ayat 75-79 maka ini merujuk pada alam semesta dan segala fenomena alam yang terjadi di dalamnya termasuk juga fenomena sosialnya yang di dalam surat ini diabadikan melalui kisah Nabi Ibrahim dan kaumnya, semuanya dalam rangka untuk mengambil pelajaran.

Menurut Guru Besar Universitas Kairo-Syaikh Thanthawi dalam kitab tafsirnya yang berjudul Al-Jawahir, terdapat 750 ayat tentang alam semesta (ayat kauniyah) dalam Al-Qur'an, dan yang lebih menakjubkan adalah dari 114 surat yang menyusun kitab ini hanya 15 surat yang tidak mengandung ayat kauniyah. Ini menunjukkan bahwa pesan untuk mempelajari alam semesta sangat penting kedudukannya di dalam Al-Qur'an. Ayat-ayat kauniyah mengajak otak kita, yang salah satu fungsinya adalah sebagai perangkat yang dititipkan oleh Allah SWT kepada kita untuk memperhatikan dan meneliti cara kerja alam semesta beserta kehidupan yang ada di dalamnya untuk mengambil pelajaran. Melalui pertanyaan-pertanyaan sederhana yang memiliki makna yang sangat dalam, Al-Qur'an meminta kita untuk merenugkan dan mencari jawabannya. Misalnya seperti pada QS Al Gasyiyah ayat 17-20 berikut:

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (QS Al Gasyiyah: 17-20)

Untuk meyakinkan diri kita tentang keesaan, cinta, keagungan dan kekuasaan-Nya kita tidak perlu jauh-jauh mencarinya di luar angkasa atau di kedalaman samudera. Cukup sesekali perhatikanlah seekor semut, sebutir pasir atau air yang kita minum. Petunjuk itu telah hadir di sekitar kita, namun seringkali terabaikan. Bukankah setetes air dan sebuah titik cahaya di langit malam yang terasa biasa bagi orang awam akan menjadi menakjubkan bagi seorang ilmuwan yang mempelajarinya?

Untuk menjangkau petunjuk yang terhampar di alam semesta maka kita memerlukan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan pada hakikatnya adalah kendaraan bagi rasa keingintahuan untuk menemukan kebenaran--dengan akal sebagai kemudinya. Ilmu pengetahuan adalah kunci untuk membuka rahasia-rahasia alam semesta yang menghadirkan kekaguman bagi yang mempelajarinya. Kekaguman yang disertai dengan kejernihan hati akan memberikan bukan hanya pengetahuan melainkan juga hikmah bahwa apapun yang ada di alam semesta ini sejatinya diciptakan, diatur dan dipelihara oleh Allah SWT. Kekaguman tersebut pada akhirnya akan melahirkan rasa takut dan cinta pada Allah SWT---Tuhan yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Seperti sabda Rasulullah SAW:

"Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah." (HR. Tirmidzi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline