Kabupaten Barito Kuala, yang terletak di Provinsi Kalimantan Selatan, merupakan salah satu daerah yang rawan bencana alam. Berbagai jenis bencana telah mengancam kehidupan masyarakat setempat, termasuk kebakaran hutan dan lahan, banjir, angin puting beliung, dan kekeringan. Dalam artikel ini, kita akan menggambarkan jenis-jenis bencana yang sering terjadi di daerah ini dan tanggapan pemerintah serta masyarakat.
Kabupaten Barito Kuala memiliki kondisi geografis yang unik. Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan struktur tanah bergambut, yang membuatnya rentan terhadap banjir dan kekeringan. Daerah ini dipisahkan oleh dua sungai besar, yaitu Sungai Barito dan Sungai Kapuas, serta tiga anjir yang menghubungkan kedua sungai tersebut. Anjir-anjir ini seringkali mengandung endapan lumpur yang cukup tebal, sehingga meningkatkan risiko banjir.
Kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu bencana yang paling sering terjadi di Kabupaten Barito Kuala. Kondisi geografis yang berbukit-bukit dan adanya hutan yang luas membuat daerah ini rentan terhadap kebakaran. Bencana ini tidak hanya mengancam kehidupan hewan liar tetapi juga masyarakat setempat yang terdampak oleh asap dan kebakaran.
Banjir adalah salah satu bencana yang paling berdampak di Kabupaten Barito Kuala. Hujan lebat yang turun tanpa putus dapat menyebabkan banjir yang luas dan intensif. Pada tahun 2023, hujan lebat yang turun selama lima hari mencapai intensitas 461 mm, menyebabkan banjir di beberapa kecamatan, termasuk Jejangkit.
Angin puting beliung juga merupakan ancaman yang serius di daerah ini. Pada tahun 2023, bencana angin puting beliung melanda tiga desa di Kabupaten Barito Kuala, menyebabkan kerusakan infrastruktur dan dampak pada kesehatan masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Barito Kuala telah mengambil langkah-langkah untuk menghadapi bencana alam. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Barito Kuala didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. BPBD ini bertugas melakukan koordinasi, komando, dan pelaksanaan penanggulangan bencana di tiga tahapan: pra bencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana.
Masyarakat juga telah terdidik untuk menghadapi bencana alam. Mereka telah memahami pentingnya persiapan dan tanggap darurat. Banyak organisasi dan lembaga yang berpartisipasi dalam penanggulangan bencana, seperti OSIM MAN 4 Batola yang peduli korban bencana angin puting beliung.
Kabupaten Barito Kuala merupakan daerah yang rawan bencana alam. Bencana kebakaran hutan dan lahan, banjir, angin puting beliung, dan kekeringan merupakan ancaman yang serius. Pemerintah dan masyarakat telah berupaya untuk menghadapi bencana-bencana ini dengan mengambil langkah-langkah preventif dan tanggap darurat.
Dengan kesadaran dan kerja sama yang lebih baik, diharapkan dampak bencana alam dapat diminimalkan dan masyarakat dapat hidup lebih aman dan nyaman. Dengan demikian, artikel ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang bencana alam di Kabupaten Barito Kuala dan tanggapan pemerintah serta masyarakat terhadapnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H