Membaca tidak bisa dilepas dari pribadi seseorang, mulai dari membaca raut muka, membaca simbol-simbol dan keseharian kita membaca bahan bacaan. namun terkadang sulit sekali memahami bahan bacaan dengan cepat dan cermat karena lebih nyaman akan mendengarkan video narasi singkat dibandingkan membacakan suatu informasi.
Perkembangan zaman bukan untuk memusnakan bahan bacaan yang senantiasa ada dalam seluk beluk kehidupan kita yakni buku. membaca adalah jendela dunia, seia dan sekata seperti petuah tersebut, dengan membacabahan bacaaan yang berkualitas, tentunya dapat kita peroleh dari buka, pandangan kita perlahan-lahan berkembangan mulai menyadari ternyata ada lohh sesuatu diluar jangkauan mata fisik kita akan belahan dunia yang begitu luas, yang tidak bisa dijangkau hanya dengan setahap melihat.
Bahan bacaan dalam suatu buku kerapkali tidak diidamkan generasi milineal,Z,maupun Alpha dianggap membosankan terlebih bacaan non fiksi, buku yang tebal tidak praktis dibawah kemana-mana akan begitu menyulitkan generasi yang terkenal praktis untuk merangkul buku tersebut, saya dihadapkan beberapa bahan bacaan yang begitu tebal jenuh rasanya untuk memulai bacaan yang begitu panjang dalam sebuah buku, saya menemukan tips menarik sebagai kunci memahami bacaan.
Tips memahami bacaan pertama ialah mulailah membaca bagian kesimpulannya terlebih dahulu hal ini kemudian didikuti bagian penting yang ingin diketahui kita, hal dianjurkan oleh Muhibin Syah sang penulis buku Psikologi Belajar, saya kerap lakukan jika membutuhkan pengetahuaan bacaaan dalam waktu singkat.
Kedua, khusus pada buku yang tebal biasanya saja menscan dengan aplikasi scaner kemudian saya membacanya dalam suasana santai dan tenang melalui smartphone, hal ini menjadikan saya melaksanakan kepraktisan dalam membacaa sebuah bacaan, tidak harus saya membawah buku nyata dengan berat yang terkesan mengeluarkan tenaga yang besar namun waktu luang saya untuk membaca terhimpit oleh pekerjaan yang banyak, biasanya saya siasaati membaca saat waktu luang yang tidak begitu lama.
Ketiga, selalu buat target membaca bahan bacaan dalam waktu tertentu, biasanya mahasiswa sarjana kurang konsisten dalam menentukan waktu membaca sehingga sering terlena dan waktu terus berjalan bahan bacaan tak maju-maju selembar pun pada bukunya. Saya terbiasa membuatkan target dalam kurung waktu 2 bulan setidak-tidaknya saya menghabiskan 1 buku bahan bacaan yang menurut saya perlu untuk mensukseskan jalan hidup di dunia ini dan diakhirat nanti.
Keempat, mensyukuri atas apa yang kita bisa bacakan setelah selesai membaca meskipun hanya 1-2 halaman saja, kadang dengan rasa bersyukur kita membangun motivasi internal untuk membiasakan diri membentuk budaya membaca positif membuat perasaan (mood) menjadi happy, riang gembira karena mampu menyelesaikan suatu tugas dengan sukses.
Kelima, tidak semua bahan bacaan dipaksakan untuk dibaca, membiasakan diri mulai dari 1 buku namun secara konsisten, bacaan yang kurang disukai perlahan-lahan selembar demi selembar, tak perlu tergesa-gesa menyelesaikannya.
Keenam, membaca bagian dari membentuk pribadi yang dihargai, banyak dari kita termasuk saya sendiri terkadang terlena dengan meneruskan hoax, ucaran kebencian dengan dasar sepihak, tidak memahami konten bacaan secara baik namun menyimpulkan persoalan seolah-olah kesimpulan pribadi benar tak terbantahkan, yuk selamatkan bangsa dari darurat literasi.
Saya, Kamu, Kita selamatkan Bangsa dan Negara dengan Mulai Memahami Bacaan dengan cermat dan cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H