Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Afif Hidayatulah

Manusia Abadi dalam kebahagiaan

Mengapa Saya Merasa Aneh Ketika Mengunjungi Swedia?

Diperbarui: 25 Juli 2021   01:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa saya merasa aneh ketika mengunjungi Swedia?

Saya mengerti maksudmu. Saya menyebutnya "The Interdimentional Lapse" (IDiL).

Swedia adalah salah satu tempat langka yang terlihat tidak sepenuhnya hadir di dimensi ini. Sebagian darinya masih... di tempat lain.

Seorang teman saya, ahli pengobatan homeopati dari Jerman yang sudah beberapa kali ke sana memberikan gambaran ke saya: "Sebagian besar dunia ini D-potency, kalau kita ngomong secara homeopati. Swedia itu C-potency."

Kamu bisa punya pendapat berbeda tentang homeopati, menurut saya itu merupakan deskripsi yang tepat. Potensi dalam homeopati menjelaskan seberapa membumi versus seberapa spiritual suatu benda itu. D itu berarti masih merupakan elemen dari Bumi ini, sedangkan C itu berarti sudah setingkat lebih tinggi dari pantulan cermin realitas.

Saya rasa ada beberapa penjelasan lengkap mengenai ungkapan ini, tentu saja tidak esoterik (re: spesifik cuma sedikit yang mengerti):

1.Kronemika; dinamika interaksi di Swedia agak terhambat dengan aneh. Berinteraksi dengan orang Swedia ada step tambahan yang jarang ada di bagian dunia lainnya : "The Pause" (berhenti sebentar). Mereka selalu menunggu sebelum menjawabmu, memastikan kamu sudah selesai bicara dulu. Itu bisa membuat orang asing merasa sensasi aneh "uh-oh, dia beneran akan menganggapi ga ya?"
2.Akustik; saya sering bilang hal ini, dan orang-orang pada ga paham sampai mereka beneran merasakan sendiri waktu ke sini: Swedia itu sunyi. Entah bagaimana, semuanya disini seperti senyap, seperti saat hari bersalju. Orang-orang bicara lebih pelan, mobil berjalan lebih lambat, saat di tempat tinggi, bangunannya seperti menyerap gelombang... kamu mungkin merasa ada yang tidak beres dengan pendengaranmu.
3.Pencahayaan; karena latitude, yang mirip dengan Alaska, matahari berdiri lebih rendah setiap saat di Swedia. Kamu akan merasa hidup dalam atmosfer pagi / sore terus menerus. Bayangannya panjang dan terang.
4.Warna; lagi-lagi karena sudut pencahayaan matahari agak rendah, dan udara yang bersih, kamu akan melihat warna-warna disini memiliki saturasi lebih tinggi dari tempat manapun. Sebagai fotografer, saya bisa gila karena hal ini. Saya bisa mengecek di chart warna digital ketika mengedit foto. Warna biru dan hijau di Swedia tidak masuk akal. Seperti dalam lukisan Florentine tua .
5.Levity (re: "Kesembronoan"); gaya arsitektural, dipadu dengan warna spektrum hangat, membuat impresi kalau bangunan di lingkungan terasa ringan dan kurang substansi. Rumah-rumah di Swedia terasa cuma duduk di padang rumput, ringan seperti rumah boneka yang bisa diangkat dan dipindahkan. Hanya karena penampakannya seperti itu.
6.Femininitas (kebalikan dengan Maskulinitas,berdasarkan indeks Geert Hofstede); auman kaum laki alpha tidak pernah muncul. Tidak ada omelan akhir dari persetujuan kaum berjanggut, seperti di lokasi lain. Swedia adalah tempat yang feminin. Meski disini banyak sekali kaum lelaki, disini ada sentuhan keibuan. 

Mengapa saya merasa aneh ketika mengunjungi Swedia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline