Lihat ke Halaman Asli

Iwan Mtq.

sedang belajar membaca hari ini dari masa lampau agar tak lewat begitu saja...

Crito ing Cerita

Diperbarui: 17 Juli 2020   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: psychologytoday.com dengan editing oleh penulis.

Dari Kulon

Bermula dari pertemuan Abah Batutulis yang asyik memungut satu demi satu dedaunan jatuh sekitar saung sunyi dari hiruk pikuk lalulalang kebonan besar di samping Istana. Suasana yang asri damai dengan teduh rindangan pohon besar sekeliling, sepoi angin melenakan pandangan. Gemericik air Sungai Ciliwung menambah syahdu swasana serasa ingin berlama-lama bercengkrama bersamanya.

"Kiranya anda tepekur lama sekali dihadapan Ratu... Apakah gerangan di pikiranmu anak muda?"

Silaturahim dengan leluhur yang semayam di sini dan mencoba berkomunikasi dengan beliau Ratu Galuh Pakuan.

"Sepertinya anda dari kulon ya?"

Wetan bah, di tegahnya Pulau Jawa tepatnya dan tampaknya belum saya melihat tanda asal dari kulon... Mohon penjelasan Abah jika berkenan. Aturnuhun.

"Dalam pewayangan ada tokoh kesatria yang slalu diiringi pamomongnya berjumlah empat, di Jawa juga ada istilah keblat papat limo pancer, apakah ananda tahu cerita itu?"

Maafkan pengetahuanku yang hanya setitik hitam di ujung kuku, kesatria yang slalu ingin bertirakat menggapai asa itu sebenarnya adalah cara mengekang nafsu dalam dirinya. Dalam laku harus ada yang menuntun yang lazim disebut guru, dalam cerita itu Semar sebagai pamomong kiranya boleh disebut guru. Apakah seperti yang Abah maksudkan?

"Kiranya seperti itulah yang aku rasakan nak, kondisi negara ini semakin carut marut tinggal menunggu 'goro goro" kalo dalam cerita wayang. Sosok Arjuna yang badan wadagnya tak seperti penggambaran tokoh Gajahmada yang kekar, dia lemah lembut menjaga dunianya disertai pamomongnya tentunya. Kesatria tangguh diperlukan untuk mengatur negara besar ini, tidak dengan kekerasan namun mengedepankan kearifan lokal untuk menjadikan aman tentram damai dan subur makmur"

Abah yang urang kulon ini nampaknya sangat mengidolakan sosok Arjuna, sekian lama berwawan tatap nama Arjuna akan selalu muncul dan Semar merupakan idolanya seperti bentuk tubuhnya yang tinggi gempal berambut putih dengan gestur lemah lembut.

Ketika kukeluarkan termos bekal kopi dan slepen berisi tembau warning, beliau beranjak menuju saung kayu beralaskan gelaran bambu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline