Lihat ke Halaman Asli

Kesan Pertama Begitu Menggoda: PLPG Bahasa Inggris

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

PLPG (Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru) adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan kinerja para guru. Para guru yang lolos seleksi akan dikumpulkan di suatu tempat, untuk mengikuti pelatihan selama 10 hari. Mereka mendapatkan pelatihan dengan minimal empat konsentrasi, yaitu: (a) pendalaman materi, (b) Kurikulum 2013, (c) penyusunan rencana pembelajaran, dan (d) Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Seusai program 10 hari, mereka akan menjalani tes. Jika tes lulus, mereka akan mendapatkan sertifikasi. Lolos sertifikasi menjanjikan “kesejahteraan.” Tunjangan sertifikasi memang menjanjikan perbaikan penghasilan bagi seorang guru.

Bulan Oktober ini merupakan pengalaman pertama saya untuk menjadi fasilitator PLPG ini. Tentu saja, ini merupakan berkat tersendiri bagi saya. Setidaknya, saya belajar untuk bersua langsung dengan para guru dari sejumlah daerah di luar DIY. Saya menjumpai langsung berbagai guru dengan segala kesulitan dan tantangan. Para guru (yang mayoritas guru SMP) dihadapkan dengan berbagai keterbatasan. Pada hari kedua PLPG, saya membagikan berbagai materi listening, berupa MP3 yang saya download dari internet. Saya telah mengembangkan sejumlah modul untuk melatih keterampilan listening macam ini. Sontak kesadaran saya seakan ditampar. Tidak ada satupun dari guru ini yang tahu, dan menyadari bahwa ada begitu banyak materi yang tersedia di internet (terutama untuk MP3-based materials).

Ini lah wajah para guru di bumi kita. Para guru Bahasa Inggris masih memiliki kapasitas yang jauh dari harapan. Tantangan ke depan sangatlah berat. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community 2015 ini, negara kita akan dibanjiri dengan tenaga-tenaga terampil dari negeri-negeri tetangga. Kalau para guru Bahasa Inggris saja sangat minim kompetensinya, mana bisa kita menyiapkan generasi muda yang siap berkompetisi dengan rekan-rekan ASEAN lainnya? Masih diperparah lagi dengan fakta bahwa jam Bahasa Inggris dipotong menjadi separuhnya. Di SMP dan SMA, jam untuk mengajar Bahasa Inggris hanya dua jam/minggu. Ada benarnya ungkapan bahwa dengan Kurikulum 2013 ini, para siswa kita diharapkan untuk lebih banyak berdoa dari pada belajar tekun. Dengan lebih banyak waktu untuk pendidikan agama, ada keyakinan bahwa  kita akan menang bersaing melawan mereka yang cerdas dan terampil.

Saya mengakhiri sesi 10 jam untuk mendampingi para guru Bahasa Inggris dalam mengembangkan RPP. Saat saya pulang jam 7 petang, rekan-rekan peserta PLPG masih jauh dari target. RPP yang mesti dikumpulkan jam 9 malam, masih jauh dari selesai. Mata saya sudah sembab. Energi saya terserap habis. Pikiran saya melayang, membayangkan rekan-rekan guru yang berjuang keras untuk memahami hal-hal yang tidak pernah mereka tahu. Mereka semalaman pasti tidak bisa tidur. Mereka tidak pernah terbekali dengan pemahaman systemic-functional linguistics. Mereka tidak tahu apa itu social functions, text structures, dan linguistic features. Untuk memahami penjelasan Bahasa Inggris sederhana saja masih kesulitan. Apalagi harus berpikir tingkat tinggi. Mereka sangat kebingungan ketika harus memberi motivasi kepada para siswa. Mereka sendiri masih belum beres dengan diri sendiri. Mana mungkin mereka akan memberi apa yang mereka tidak punya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline