Mengapa sulit mengusung perubahan? Kalau Anda punya gagasan bagus untuk membawa sesuatu yang baru dan berbeda di tempat Anda bekerja, tidak jarang Anda akan menjadi bulan-bulanan kritik. Mengapa demikian? Karena memang manusia menghendaki kenyamanan! Dalam skenario monyet di bawah ini, kita akan merenungkan betapa dalam bekerja dalam lembaga, kita tidak lebih dari para monyet yang takut diguyur air ini. Selamat menikmati!
***
[caption id="attachment_87076" align="alignleft" width="300" caption="source: bbc.co.uk"][/caption]
Ada lima ekor kera di dalam suatu kerangkeng. Sebuah pisang ranum digantung pada seutas tali. Tidak sulit bagi kelima ekor kera tersebut untuk menggapai pisang tersebut, karena disediakan tangga untuk mencapainya. Tidak terlalu lama sesudah mereka ditempatkan di dalam kerangkeng itu, seekor kera langsung melompat ke tangga yang mengantar ke pisang tersebut. Namun apa yang terjadi? Begitu tangannya menyentuh tangga, air dingin tiba-tiba mengguyur keempat ekor kera yang tidak berbuat apa-apa. Monyet yang berinisiatif mengambil pisang itu pun mundur, mengurungkan niatnya. Tidak terlalu lama kemudian, seekor monyet yang lain pun mencoba mengambil pisang itu. Akibatnya pun sama: begitu tangannya menyentuh tangga, keempat monyet lain yang diam tersemprot guyuran air dingin. Belajar dari dua pengalaman pertama, tiap kali ada monyet yang mencoba untuk mengambil pisang melalui tangga itu, monyet-monyet yang lain selalu mencegahnya.
Sekarang, semprotan air dingin itu tidak ada lagi. Seekor monyet di dalam kerangkeng itu diambil dan digantikan dengan monyet baru yang belum punya pengalaman apa-apa dengan semprotan air dingin. Begitu melihat pisang ranum digantungkan di atas sana, dengan kelincahannya, sang monyet baru pun segera melompat ke tangga. Monyet-monyet lama yang masih trauma dengan guyuran air dingin, dengan cepat menyerang satu monyet baru ini. Namun monyet baru ini belum cukup tahu alasan mengapa dia diserang. Baru setelah dia mencoba kedua kalinya, dan diserang ramai-ramai oleh keempat monyet lainnya, dia berkesimpulan bahwa upaya mengambil pisang di atas sana akan berdampak buruk baginya.
Sekarang, gantikan satu monyet lama dengan monyet baru. Pendatang baru yang tergoda dengan pisang ranum dan segera menuju tangga tersebut, langsung ramai-ramai diserang oleh ketiga monyet lama yang trauma oleh guyuran air dingin. Monyet yang tidak tahu menahu soal guyuran air pun ikut ambil bagian dalam serangan itu dengan penuh antusiasme! Tanpa tahu alasannya! Sama halnya, gantikan monyet berikutnya dengan monyet baru. Lakukan berulang-ulang, dan tiap kali ada monyet baru yang akan mengambil pisang pun akan dengan cepat menjadi korban serangan dari teman-temannya yang telah lebih lama ada di dalam kerangkeng itu. Hampir semua monyet di situ melakukan kekerasan terhadap pendatang baru tanpa tahu alasan mengapa mereka melakukan hal itu. Mereka tidak pernah mengalami dinginnya guyuran air.
Bahkan ketika monyet-monyet yang telah mengalami guyuran air dingin itu telah digantikan, monyet-monyet pengganti pun dengan antusiasme yang tinggi melakukan tindakan kekerasan untuk mencegah monyet baru yang berinisiatif hendak mengambil pisang tersebut. Akibatnya, tidak ada monyet yang berani mengambil inisiatif lagi, karena ancamannya terlalu berat: dikeroyok ramai-ramai oleh monyet-monyet yang lain! Monyet-monyet ini tidak pernah lagi tahu mengapa mereka melakukan kekerasan tersebut. Yang jelas, kekerasan macam itu dilakukan karena begitulah cara-cara standar yang berlaku di tempat itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H