Lihat ke Halaman Asli

Tiba Waktunya Untuk Bersatu-Padu, Menghentikan Saling Caci-Benci-Musuhi

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Biarlah imaginasi mengalir seperti air yang tergerak secara alamiah untuk mengisi ruang-ruang yang lebih rendah. Kali ini Damian menulis berdasarkan imaginasi liarnya. Kalau semula, penggambaran tentang Kerajaan TingTong terasa seperti di jaman baheula, di masa lalu. Namun, kali ini, kerajaan ini dihadirkan sebagai suatu hal yang futuristik. Tidak terlalu berlebihan, imaginasi macam ini mendapatkan tempatnya, terlebih karena memang beragam jenis novel anak-anak (yang telah dibaca Damian selama ini) sungguh memberi ruang keluasan yang sering jauh dari logika normal.

Untuk menjaga alur cerita, silahkan baca Seri 1, Seri 2, dan Seri 3. Karya-karya Damian dihadirkan di sini dengan harapan semakin terbukanya peluang bagi Damian agar semakin tertantang untuk menulis. Saya sebagai orang tua, tentu tidak boleh tinggal diam. Saya harus terus melatih diri dan mempublikasikannya. Dengan cara ini, sang anak pun melihat bahwa orang tua menjalani peran konsisten.

Selamat menikmati.

*******

Kerajaan TingTong (seri 4)

Sudah beberapa lama, Kerajaan TingTong sudah tidak dihantui oleh masalah besar. Tetapi karena kejadian tidak bisa diduga-duga, kejadian ini datang secara tiba-tiba. Awalnya dari Kerajaan Apidipaiti. Kejadian itu cocok dinamakan tragedi. Bagaimana kejadian itu? Kejadian itu awal mulanya begini. Raja Tertan yang baru saja dinobatkan menjadi raja, sedang berjalan-jalan. Ditengah perjalanan, tiba-tiba saja ada sinar aneh. Sinar itu berwarna merah. Ketika sinar itu mengenai rumput di depan Raja Tertan, maka rumput itu berbunyi mendesis dan menghilang. Raja Tertan kaget, lalu memanggil pengawalnya, lalu pada pengawalnya, ia bertanya, "Pengawal. Aku ingin bertanya. Apakah ada kerajaan yang sedang menguji coba senjata lasernya? Tadi ada sinar merah yang aneh di depanku, lalu rumput itu langsung hangus. Siapa yang ingin menghancurkanku? Bukankah aku tidak mempunyai musuh? Jika bertemu orangnya, bawa dia ke hadapanku. Aku ingin menasihatinya untuk berhati-hati dengan senjata laser". "Siap tuanku" kata pengawalnya dengan penuh hormat, lalu Raja Tertan dan para pengawalnya berjalan menuju istana Kerajaan Apidipaiti.

Hari berikutnya, seluruh raja dari kerajaan di Daerah Nitis diundang, termasuk Raja Tong. Setelah semua raja datang, Raja Tertan berkata “Wahai, seluruh raja di Daerah Nitis. Aku mengundang kalian, untuk mengetahui, siapa yang sebenarnya berbuat tidak baik tadi pagi. Tadi pagi, ketika aku sedang berjalan-jalan di taman kerajaan, aku ditembak oleh sinar laser berwarna merah. Ketika sinar itu terkena rumput yang ada di hadapanku, rumput itu berbunyi mendesis dan menghilang. Jika aku tidak berhenti waktu itu, pasti aku terkena sinar itu dan aku akan lenyap. Sejujurnya, aku hanya ingin bertanya, siapa yang sedang melakukan proyek rahasia, yang menyangkut tentang senjata laser?”. Detik berikutnya, istana berbunyi mendesis dan lenyap. Semua raja bingung. “Nah, seperti ini kejadiannya para raja-raja. Akhirnya aku tahu siapa yang menembakku. Yaitu pesawat itu” kata Raja Tertan sambil tangannya menunjuk ke atas.

Para raja mendongak ke atas, untuk mengetahui siapa yang menembak. Ketika mendongak, para raja berseru kaget sambil mengatakan hal yang sama. “Pesawat piring terbang (UFO)!”. Para raja berlari tak karuan. “Lewat sini!” seru Raja Tertan, sambil berlari menuju ke tempat teraman di Kerajaan Apidipaiti, yaitu ruang bawah tanah. UFO itu mengikuti para raja, hanya sampai di ruangan. Ketika ruangan itu di laser, para raja sudah tidak ada. Para pengendali UFO mengira, mereka sudah mengalahkan para pemimpin terbesar yang ada di muka bumi. UFO itu mendarat di sebuah taman tempat tadi berjalan-jalan Raja Tertan. Ternyata, para raja belum mati. Para raja menggunakan lift untuk turun ke bawah tanah. Di situ mereka menginjakkan kaki di suatu lorong yang panjang.

Sementara UFO mendarat di atas taman, para raja dipimpin Raja Tertan menuju ke bawah istana Kerajaan Apidipaiti, yang kini sudah hancur lebur, menjadi debu. “Ayo para raja, aku tahu kemana kita akan aman. Kita harus turun ke bawah lagi, untuk ke arah yang aman” seru Raja Tertan. Setelah berkata demikian, berakhirlah lorong itu. Di depan mereka, ada lift. “Lift ini akan mengantar kita ke tempat tinggal para pengawalku. Ayo!” ajak Raja Tertan, sambil masuk ke dalam lift. Lift itu jumlahnya ada 16, genap dengan seluruh raja yang ada di Daerah Nitis. Setelah semua masuk ke dalam lift, lift itu terus turun.

Setelah lift itu berhenti, pintu lift membuka. Terlihatlah, bahwa ada ruangan yang cukup mewah, kira-kira ada 100 ruangan, untuk tempat tinggal para pengawal. “Selamat datang di ruangan tempat tinggal pengawal, wahai para raja. Ada ruangan kedap suara, yang bisa kita pakai untuk rapat mengenai UFO” kata Raja Tertan dengan bangga. “Bagus juga ruanganmu ini, Raja Tertan,” kata Raja Sinarant, sambil berjalan mengelilingi ruangan itu. “Mana ruangan kedap suaramu, Raja Tertan” tanya Raja Tong. “Akan kutunjukkan, wahai semua raja” kata Raja Tertan, selagi berjalan menuju ke ruangan. Ruangan itu atasnya bertuliskan: Ruangan Kedap Suara. Benar saja. Ketika masuk ke Ruangan Kedap Suara, ketika berbicara seperti tidak begitu bersuara. Dan ketika pintu ditutup, tidak terdengar suara dari luar.

Sementara para staff di kerajaan lain sudah merasa khawatir. Apa sebabnya raja mereka tidak pulang dari Kerajaan Apidipaiti. Padahal, raja mereka jauh dari bahaya. “Ayo kita pergi untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di Kerajaan Apidipaiti” kata jendral kebanggaan Kerajaan TingTong. “Jangan jendral!” kata Raja Tong yang tiba-tiba muncul. “Salam tuanku. Raja dari mana saja? Aku dan para rakyatku khawatir akan keadaanmu” kata jendral dengan penuh hormatnya. “Jangan khawatir dengan keadaanku, jendral. Khawatir saja dengan dunia. Ada UFO mendarat di Kerajaan Apidipaiti” kata Raja Tong. “Kita harus melaksanakan rapat terbesar di seluruh dunia” kata Raja Tong.

“Sementara ini, kita menggelar rapat di Daerah Nitis dulu, Raja Tong. Ini untuk berjaga-jaga, supaya para alien tidak tahu bahwa sebenarnya kita masih hidup” kata Raja Tertan, ketika Raja Tong sudah melewati lorong penghubung Kerajaan TingTong dengan Kerajaan Apidipaiti.

(BERSAMBUNG)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline