Lihat ke Halaman Asli

Merubah Masa Lalu, Mungkinkah?

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kehidupan manusia dipenuhi dengan berbagai mitos. Kata yang empunya ilmu menerawang masa depan, negara Indonesia akan menikmati kesejahteraan saat sang “satriyo piningit” tampil ke depan. Dia diyakini tumbuh sebagai sosok sederhana, berasal dari rakyat kecil, yang merasakan penderitaan masyarakat kebanyakan.  Bukan tidak mungkin, orang lalu mengaitkan mitos satriya piningit ini dengan salah satu sosok capres yang maju ke pilpres 2014 ini. Entah itu benar atau tidak, tentu tergantung pada mau tidaknya kita mempercayainya. Mitos memang selalu menarik untuk disimak. Kemampuan menerawang ke depan dan menerobos ke belakang bukan hanya milik paranormal. Karya sastra fiksi memiliki keliaran yang tak terduga untuk mewadahi imaginasi dunia terawang-menerawang ini.

Dalam tulisan kali ini, Damian berusaha menikmati keliaran untuk menerobos masa lalu. Tentu cerita ini jauh dari sempurna. Dunia anak usia 9 tahun tentu saja tidak bisa dilepaskan dari imaginasi sesuai keluasan (keterbatasan) cakrawalanya. Sekali lagi, silahkan sidang pembaca sendiri yang menentukan. Anak ini, sebagaimana yang di tayangan tulisan-tulisan sebelumnya, menghadirkan apa yang ditulisnya sendiri. Tidak ada sedikitpun campur tangan untuk merevisi teks ini oleh kedua orang tuanya. Silahkan membaca cerita sebelum-sebelumnya (Seri 1, Seri 2, Seri 3, Seri 4 + 4#2, Seri 5

Kerajaan TingTong (seri 5 #2)

(LANJUTAN DARI CERITA SEBELUMNYA)

Sambil berkata demikian, Raja Natular pun dengan segera menunjukkan jalan dan berkata, “Ini untuk Raja Tong, sebelahnya Raja Listrikat, Raja Tertan, dan seterusnya, sesuai urutan kerajaan dari Daerah Nitis”, “Terimakasih telah menyediakan tempat bagi kami semua. Aku juga mohon, para pelayan dan penghuni serta penjaga kami juga bisa ditempatkan di salah satu tempat yang cocok” kata Raja Listrikat. “Kurasa para penjaga-penjaga yang mutakhir bisa memperkuat pertahanan, dan jika naga jahat itu bisa sampai sini, para penjaga-penjaga itu bisa memperingatkan” potong Raja Suryapati. “Kurasa itu memang benar, ayo kita pergi ke ruang makan. Makanan sudah disiapkan oleh para pelayan. Apalagi, kurasa kalian lelah dan lapar ketika berjalan menelusuri Daerah Nitis dan sampai di sini” ajak Raja Natular. “Ya, itu betul. Ayo semuanya, kita akan berjalan menuju ke ruang makan” ajak Raja Tertan.

Ketika para raja sudah selesai makan, maka para raja akan menyeleksi para prajuritnya agar prajurit-prajurit itu bisa memperketat pertahanan Kerajaan Natular. Raja Tong memilihkan sepuluh prajurit tertangguh yang pernah ada di Kerajaan TingTong. Setelah selesai menyeleksi, maka Raja Tong pun dengan segera berbaring di tempat tidurnya. Untungnya, pada malam itu, naga sudah bosan membuat kekacauan di Daerah Nitis. Gumam naga, ‘Apa manfaatnya ketika aku masih membuat kekacauan di daerah ini. Toh tidak ada manusia yang dapat aku makan. Aku lapar, sudah seribu tahun aku tak makan. Tapi pasti akan ada makanan di daerah-daerah lain. Aku sudah tidak sabar lagi mencicipi daging manusia’. Setelah bergumam, dia pun tertidur ditengah-tengah api yang masih membara di malam yang gelap.

Mulai siang, api itu pun padam. Dengan segera, naga yang habitatnya api itu pun mulai merasa terganggu ketika tidak ada api yang membara lagi ditengah daerah itu. “Aku harus membuat kristal api disini agar api yang membara tidak lagi padam”. Kekuatan apinya yang hebat pun dikeluarkan semua. Maka, dari situlah, kekuatan apinya mengumpul menjadi satu, dan membentuk kristal berwarna oranye bercampur dengan warna kuning. Perpaduan warna yang ada di dalam kristal membuat orang yang memandang akan segera terhipnotis. Namun, dalam kirstal itu tersembunyi kekuatan yang sangat besar. Kekuatan itu tak lain dan tak bukan adalah kekuatan api, dan jika kekuatan itu dikeluarkan maka bumi ini akan hancur berkeping-keping. Namun, naga itu berkehendak lain. Dia tidak mau menghancurkan bumi ini. Dia ingin daging manusia yang lezat. Dia ingin berkuasa di bumi. Dia juga ingin berkembang biak agar naga berkuasa di atas binatang yang ada di jagat raya ini. Namun, menurut naga ini, masalahnya adalah : Jika ada yang sengaja ataupun tidak sengaja membuat kristal air dan mengenai dia (naga), maka naga itu dalam sedetik pun akan lenyap tanpa bekas.

Sementara itu, kehidupan yang lain yang dijalani para raja di seluruh Daerah Nitis yang melarikan diri dari naga yang jahat, amat sangat berbeda dari naga itu. Yaitu kegiatan sehari-hari mereka. Pernah sekali, Raja Tertan, bertanya kepada sahabat kerajaan terbaiknya, yaitu kepada Raja Tong, “Halo Raja Tong. Aku ingin bertanya. Apakah nanti masa depan Daerah Nitis terselamatkan atau sebaliknya” “Tidak bisa raja, tidak bisa. pasti Raja Natular tahu ini. Ayo, aku akan ajak kau, Raja Tertan, untuk pergi ke masa depan. Kau pasti tidak lupa, aku bisa menjelajahi masa depan dan masa lalu” kata Raja Tong seraya memegang Raja Tertan, dan kedua raja itupun hilang di tengah-tengah pesta yang diadakan Raja Natular untuk menyambut para tamu, yaitu para raja dari Daerah Nitis.

Tiba-tiba saja, Raja Tertan mengalami sensasi aneh, yaitu sensasi geli, marah, takut, sedih, dingin, panas, semua dicampur menjadi satu, dan tiba-tiba saja, dihadapan mereka berdua berubah menjadi kobaran api. Raja Tong dengan segera membuat perisai angin untuk melindungi dari kobaran api. Raja Tertan terpana dengan pemandangan yang mereka saksikan. Kobaran api, penduduk-penduduk yang berlarian, mencari perlindungan, dan bahkan Raja Tertan dan Raja Tong melihat mereka sendiri dan para raja yang lain yang berusaha mengendalikan kobaran api. Namun, semua usaha ‘mereka’ sia-sia saja. “Inilah masa depan, Raja Tertan. Aku tidak bisa serta-merta merubah masa depan yang lebih baik, tapi sebelumnya, kita juga harus mengganti masa lalu terlebih dahulu. Kau tahu, raja yang bisa mengendalikan tanah dimana dan siapa? Di daerah kita kukira tidak ada raja yang bisa mengendalikan tanah” kata Raja Tong. “Untuk apa Raja Tong? Kenapa kau memerlukan raja berelemen tanah? Kan aku juga bermanfaat bagimu? Untuk memadamkan api? Aku kan juga bisa mengendalikan api?” tanya Raja Tertan. “ Tidak raja, naga itu terlalu kuat dan besar bagi kita. bahkan kau pun tidak akan bisa memadamkan api itu. Naga itu sudah terkurung seribu tahun. Jika ia masih terkurung dalam waktu sebulan lagi, maka naga itu akan mati di bawah tanah. Maka, kita harus kembali ke masa lalu, untuk mencegah gempa itu. Dan, mencegah gempa itu hanya bisa dilakukan oleh raja yang mempunyai kekuatan tanah. Kurasa, tidak ada raja yang berelemen tanah yang ada di Daerah Nitis. Begitu rencanaku, Raja Tertan” kata Raja Tong. “Kau lupa rupanya Raja Tong. Ada pangeran, yang sekarang sudah dinobatkan menjadi raja. Namanya tidak lain dan tidak bukan adalah Raja Talata. Kau sekarang ingat?” tanya Raja Tertan. Belum sempat dijawab, tiba-tiba pemandangan yang menyedihkan itu hilang, memudar, dan kini mereka sudah kembali ke masa lalu, dengan secara tiba-tiba, dan kali ini Raja Tong mengajak Raja Talata

“Ooo, begitu. Nah, kalau tidak salah, kita berdiri di atas naga. Betul tidak?” tanya Raja Talata. “Ya. Aku sengaja mengajakmu untuk menghentikan gempa ini. Jika kau ingin Daerah Nitis selamat, maka lakukanlah apa yang sudah kukatakan padamu. Namun, jika kau tidak ingin Daerah Nitis selamat, maka kau tidak usah melakukan apa yang kuharapkan kepadamu” kata Raja Tong tegas. “Ayo, cepat. Gempa sudah mulai. Kalau tidak, kita akan terbakar habis disini” kata Raja Tertan. Benar saja kata Raja Tertan. Gempa pun mulai terjadi. Namun, dengan segala kesaktiannya, Raja Talata menahan tanah agar tidak berguncang. Akhirnya, gempa pun tak terjadi. “Ingat, Raja Tertan dan Raja Talata. Ketika masa lalu diubah, maka masa depan akan berubah. Jangan heran kalau tiba-tiba saja kalian sudah di istana masing-masing” kata Raja Tong. Dan ketika Raja Tong mengeluarkan kesaktiannya untuk berpindah ke masa yang sebenarnya, tiba-tiba pandangan di masa lalu memudar, dan masing-masing terpisah, dan akhirnya Raja Tong sendiri tiba ke dalam istana. “Raja Tong, kami mencari anda kemana-mana. Ternyata Raja Tong di sini. Kami sudah khawatir Raja Tong sudah tidak ada.  Ternyata Raja Tong disini. Tinggal ruangan disini yang belum kami cari, eeee, ternyata Raja Tong disini.

“Selamat pagi Raja Natular. Apakah anda merasakan gempa tadi malam?” tanya Raja Tong. “Iya, namun kecil sekali. untung saja kecil. Kalau tidak, naga itu sudah bangkit lagi” kata Raja Natular. Raja Tong tersenyum. ‘Jangan bilang siapa-siapa ya kalau aku yang menyelamatkan dunia ini’ bisik Raja Tong kepada kita semua. Ingat, jangan bilang siapa-siapa.

(TAMAT)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline