Lihat ke Halaman Asli

Rahasia Chery peserta RCTI Rising Star 2014

Diperbarui: 17 Juni 2015   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hari minggu memasuki senja. Dua pasang ibu dan anak sedang berduaan. Di depan mereka ada dua gadget. Satu berukuran 7 inchi. Satunya lebih kecil. Tampaknya mereka sedang menonton suatu rekaman di youtube. Ya, kemarin malam seorang kolega sempat berbagi informasi. "Baju bikinan Mama Damian dipakai Kak Chery waktu tampil di acara Rising Star," sang kolega ini bercerita. "Wah, maaf, kami kelompok yang kurang tahu acara tivi. Acara apaan itu?" ayah Damian berseloroh. "Wah, ayah Damian ini sepertinya yang diurusi cuma buku aja. Sampai-sampai salah seorang rekan kita masuk acara bergengsi di RCTI, malah tidak tahu. Chery bersama dua gitaris tampil luar biasa. Dipuji abis sama para yurinya. Ada Anang, Ahmad Dhani, Bimo Romeo, dan Judika," sahut Mama Sarah. "Wow, segitu heboh ya?" Mama Damian menyahut. "Hehehehe, jadinya Mama Damian bonceng ketenaran nih. Minimal dari hasil buah tangannya," sergap ayah Damian. Siapapun yang di situ pun meledak dalam tawa.
"Om dan Tante memang layak bangga melihat putri pertama melaju sampai titik ini. Chery bukan sosok lemah, cengeng, dan suka mau enaknya sendiri," ayah Damian berkomentar. "Waktu datang ke rumah dengan berbagai desain baju yang dibuatnya, kami sempat geleng-geleng kepala. Ada saja aktivitas yang dilakukan oleh Chery ini. Sangat berbakat. Desain baju, cari bahan kain sendiri. Dari uang hasil manggung ke sana kemari. Ambil resiko untuk ikut pameran baju-baju hasil desain sendiri. Dia pekerja keras. Punya nyali luar biasa. Berjiwa petualang dan tidak takut gagal," ayah Damian memberikan penilaian.

*****
Perjumpaan dalam kelompok yang mempertemukan kami sebagai sebuah komunitas memang tidak direncanakan. Kesamaan minat, kesamaan cara melihat persoalan, kesamaan memahami realita. Itulah yang mempertemukan kami. Pertemuan dan pertemanan yang terjalin di antara orang-orang tua yang tiap malam minggu bersama-sama mengantar anak-anak ke sebuah komunitas pemusik alat musik tiup dan gesek.

Di komunitas ini, kesempatan belajar bagi orang dewasa tumbuh bersama di sela-sela obrolan dan derai tawa. Orang tua Chery tidak jarang membagikan ilmunya untuk mengatasi rumitnya mengurusi empat anak dengan ciri khas yang unik. Chery secara khusus sudah memiliki potensi suaranya. Bagi keluarga ini, tidak ada free lunch. Tidak ada yang serba gratis. Maka sejak dini, Chery sudah diberi dukungan untuk belajar vokal. Tidak tanggung-tanggung, waktu SMA Chery sudah biasa bolakbalik Jogjakarta-Jakarta sendirian hanya untuk kursus vokal. Itulah sarana untuk melatih mentalitas. Maka sebenarnya kalau sekarang ini sudah mulai merambah ke layar kaca, tidak ada yang terlalu aneh. Untuk sampai ke sana, sekolah kehidupan yang dijalani sudah lumayan komplit.

Cara keluarga Chery dalam menjalani kehidupan mengingatkan kami pada sosok seorang polisi yang mendadak terkenal. Belum lama yang lalu, polisi bernama Norman Kamaru mengundang antusiasme yang mengejutkan. Sosoknya yang unik, dengan gaya bernyanyi ala bintang India, memberi antitesis atas wajah Polri yang terlanjur koyak oleh berbagai berita buruk. Sejumlah petinggi setingkat jenderal bintang tiga terpaksa masuk penjara karena menjadi pelaku utama korupsi. Belum lagi carut marut pengurusan surat-surat di kantor kepolisian. Sosok Norman menjadi penghibur sementara. Ada sosok yang bisa sedikit memoles citra yang sudah bolong-bolong di sana sini. Tapi Norman ternyata hanya memberi harapan palsu. Kabar terakhir, begitu mundur dari jajaran kepolisian, dia pun mengadu nasib di belantara ibukota. Berbekal ledakan antusiasme dan euphoria massa. Belum lama ini, tersiar berita bahwa karier Norman di blantika musik yang kejam telah sirna. Untuk menghidupi keluarganya, dia beralih kerja sebagai tukang bubur.

Ada dugaan bahwa orang-orang sejenis Norman macam ini memaknai popularitas sebagai durian runtuh. Keberuntungan belaka. Keluarga Chery jauh berbeda dalam melihat realitas. Untuk berhasil memang harus ada sebuah upaya sistematis, berkelanjutan, dan konsistensi dalam waktu yang panjang. Ketiga adik Chery pun mendapatkan dukungan di dalam minatnya sendiri-sendiri. Sebuah keberhasilan jangka panjang tidak pernah disebabkan oleh suatu peristiwa kecil yang disebut kebetulan. Malcolm Gladwell merujuk pada ribuan jam yang dihabiskan oleh anggota the Beatles pada saat tahun-tahun formatif mereka. Tiap akhir minggu mereka akan pergi, naik kereta dari London ke Hamburg. Bermain musik lebih dari delapan jam perharinya. Di kafe-kafe yang dipenuhi dengan minuman keras, bir, dan sumpah serapah. Ada banyak promiscuities.

Tercatat, lebih dari tiga tahun John Lennon dan teman-teman melakukan rutinitas seperti itu. Saat merambah tanah Amerika pada pertengahan 1960an, praktis mereka telah bekerja bersama sebagai tim untuk waktu lebih dari empat tahun, dengan intensitas yang luar biasa. Tidak bosan. Karena itu kehidupan mereka. Main musik, tampil impromptu, tanpa persiapan, dan di sela-sela tersebut terpaksa harus membuat lagu. Stok lagu mereka lama-kelamaan habis, dan kreativitas terbentuk oleh kebutuhan nyata.

Tidak ada yang tahu apakah Chery akan menjadi bintang yang besar di belantara Nusantara ini. Namun jalur yang diambil oleh keluarga ini sudah benar. Kami merasa beruntung menyaksikan proses tumbuhnya seorang Chery. Kami juga beruntung menjumpai orang-orang dengan komitmen luar biasa dalam pendampingan anak. Apakah sekedar kebetulan saja, ada titik-titik temu yang menjadi benang merah. Lagu yang dinyanyikan oleh Chery dipopulerkan oleh mendiang Chrisye. Sang komponis lagu tersebut adalah adik kelas di Pendidikan Bahasa Inggris. Kembali ke waktu hampir dua dekade lalu, saya sering menjumpai Ponky G-Coustic. Begitu mulai menasional, mamanya menjadi Jikustik. Chery yang sekarang kuliah di Sastra Inggris. Pertalian kami disatukan dalam sebuah lembaga pendidikan bernama Universitas Sanata Dharma, sebuah PTS yang dari dulu memang dikenal dengan institusi yang menghasilkan para guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline