Oleh Sirilus Aristo Mbombo
Setiap individu pasti memiliki pandangan atau gagasan tentang jenis kehidupan yang ingin dijalaninya. Dalam konteks ini, setiap orang dapat dikatakan sebagai seorang idealis. Artinya sangat sederhana bahwa orang perlu hidup sesuai dengan ide-ide yang telah mereka pilih dan mereka pikirkan. Mereka bukanlah pemimpi tanpa tujuan, melainkan individu yang memiliki visi tentang kehidupan mereka sendiri dan kehidupan orang-orang di sekitar mereka di masa depan.
Visi yang mendalam dan revolusioner mengenai kehidupan seperti ini sangat langka di Indonesia saat ini. Banyak orang menjalani hidup dengan setengah hati dan bekerja tanpa ambisi untuk mencapai sesuatu yang lebih baik bagi diri mereka dan lingkungan sekitarnya. Tentu akibatnya mereka meninggal tanpa meninggalkan jejak yang berarti bagi lingkungan mereka.
Tentu saat seseorang memiliki idealisme yang kuat, mereka juga memiliki visi yang kokoh. Visi yang kuat ini menjadi panduan dalam setiap langkah hidup mereka. Visi yang kokoh membantu seseorang untuk bertahan di tengah berbagai tantangan hidup yang sering kali sangat menantang dalam kehidupnya. Dengan visi ini, seseorang dapat mengatasi dorongan negatif dari dalam diri mereka dan berusaha mewujudkan potensi terbaik yang mereka miliki.
Sebaliknya tanpa visi yang jelas dan idealisme, seseorang tidak memiliki fokus dalam hidupnya. Hari ini mereka mungkin menjadi seorang pilot, besok seorang guru dan lusa mungkin menjadi seorang pembantu rumah tangga. Akhirnya mereka tidak mencapai apa-apa dalam hidup mereka. Ketika mereka telah menyadari hal ini mungkin sudah terlambat karena ajal sudah menanti.
Di sisi lain tanpa visi dan idealisme, seseorang akan mudah tergoda oleh praktik korupsi dan tindakan penyimpangan-penyimpangan lainnya. Tanpa idealisme, mereka akan mudah terjerumus dalam tindakan menyuap dan disuap yang pada akhirnya merugikan banyak orang lainnya. Penegak hukum tanpa idealisme akan menjadi preman berseragam. Guru tanpa idealisme hanya akan menjadi pelaksana tes yang menyiksa batin murid-muridnya. Pejabat publik tanpa idealisme akan menjadi koruptor yang menggerogoti uang rakyat. Orang tua tanpa idealisme hanya akan menjadi penyedia kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian dan rumah tanpa memberikan pendidikan nilai yang membentuk anak menjadi manusia seutuhnya. Pekerja tanpa idealisme hanya akan menjadi mesin tanpa ide dan kreativitas. Tanpa visi dan idealisme, manusia tidak akan menjadi manusia sejati melainkan hanya sekumpulan daging yang bernapas dan berjalan di bumi.
Pendidikan adalah alat paling efektif untuk membangun dan mengembangkan idealisme suatu bangsa. Meskipun memiliki peran yang sangat penting, pendidikan formal tidak bisa dijadikan satu-satunya penggerak pendidikan. Pendidikan yang tertinggi dan terpenting adalah contoh hidup langsung dari orang-orang yang sudah ada sebelumnya. Bourdieu seorang filsuf Prancis, sering menekankan bahwa tindakan jauh lebih kuat daripada kata-kata dan hal ini paling jelas terlihat dalam pendidikan moral.
Sulit menciptakan pendidikan anti korupsi ketika hampir semua golongan tua di Indonesia melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme setiap hari seringkali tanpa disadari. Sulit mengajak bangsa ini untuk memiliki nilai moral yang tinggi ketika hampir semua golongan tua hidup untuk menipu dan mengumpulkan kekayaan dengan cara-cara yang tidak bermoral. Sulit mengajak bangsa ini untuk jujur ketika guru mengajarkan siswa untuk menyontek saat ujian nasional. Jelaslah bahwa teladan hidup dari generasi sebelumnya memainkan peranan yang sangat penting dalam pembentukan peradaban bangsa.
Dan sebagai bagian dari idealisme, visi tidak akan pernah sepenuhnya menjadi kenyataan. Yang bisa dilakukan manusia adalah mendekati visi tersebut, meskipun tidak akan pernah bisa mencapai sepenuhnya. Itulah sebabnya dalam kata idealisme terdapat kata "ide", karena itu adalah harapan dan visi yang perlu terus dikejar sepanjang hidup meskipun tidak bisa diraih sepenuhnya.
"Idealisme adalah cahaya yang menuntun langkah manusia menuju dunia yang lebih baik, dan visi adalah peta jalan hidup, tanpa itu manusia hanya tersesat dalam kekosongan waktu."