Lihat ke Halaman Asli

MBKMRiset KeilmuanYAI

Universitas Persada Indonesia YAI

Sistem Rantai Pasok Beras Organik di Indonesia

Diperbarui: 30 Juni 2022   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Dengan munculnya kesadaran masyarakat akan kesehatan membuat masyarakat memilih untuk mengkonsumsi bahan makanan yang terbuat dari bahan-bahan yang sehat pula, salah satunya dengan mengkonsumsi beras organik dimana proses pembudidayaan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia dan lebih menggunakan bahan-bahan organik yang ramah lingkungan.

Salah satu kelompok tani yang membudidayakan beras organik adalah Kelompok Tani Paguyuban Mandiri yang terletak di subang. Kelompok Tani Paguyuban mandiri mendapatkan sertifikasi beras organik pada tahun 2016.

Tentunya harapan setiap komoditi adalah dapat melaksanakan sistem rantai pasoknya dengan baik. Dimana mulai dari sistem yang berada di dalam lingkungan petani hingga sampai ke tangan konsumen.

Sistem rantai pasok yang digunakan oleh Kelompok Tani Paguyuban Mandiri dimana para petani yang terdaftar dalam data base, ketika ingin melakukan panen akan melakukan konfirmasi terlebih dahulu ke Kelompok Tani Paguyuban Mandiri, setelah melakukan konfirmasi Kelompok Tani Paguyuban Mandiri akan melakukan persiapan mulai dari tempat penjemuran padi, moda transportasi untuk mengantarkan beras ke tangan konsumen.

Dokpri

Penulis merupakan mahasiswi Universitas Persada Indonesia Y.A.I bekerja sama dengan LPDP dalam kegiatan riset keilmuan kampus merdeka dimana kami sebagai Tim dua dengan anggota Ami Nurul Salsabilla selaku mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Persada Indonesia Y.A.I, Cherryl Armetty Dichiara selaku mahasiswi Manajemen Universitas Persada Indonesia Y.A.I, dan Rubby Halim Surya Wijaya selaku mahasiswa Teknik Universitas Persada Indonesia Y.A.I yang didampingi oleh para Dosen yaitu, Sularso Budilaksono, Febrianty dan Woro Harkandi Kencana yang mengunjungi Kelompok Tani Paguyuban Mandiri dan bertemu dengan Bapak Dedy Mulyadi selaku koordinator Internal mengungkapkan kendala yang dihadapi oleh kelompok Tani Paguyuban Mandiri.

Dimana kendala tersebut terbagi menjadi dua bagian yaitu online dan offline. Bapak Dedy mengatakan bahwa untuk permasalahan secara online terjadi karena adanya bobot yang melebihi kapasitas saat pengiriman beras keluar pulau Jawa yang mengakibatkan harga ongkos kirim menjadi lebih mahal, sedangkan untuk permasalahan secara offline dirasakan dengan kuantitas baik dalam bagian distribusi maupun transportasinya.

Dokpri

Selain itu kendala yang dihadapi bagi perusahaan dari segi rantai pasok adalah karena tidak adanya yang dapat memprediksi hasil dari produksi mereka yang diakibatkan oleh cuaca, Bapak Dedy mengharapkan para petani untuk dapat lebih pandai dalam mengatur jadwal panen antar sesama perusahaan, jika ada perusahaan yang belum cukup untuk memfasilitasi hasil panen petani apabila terjadi sistem panen raya yang dilakukan oleh para petani.

Dokpri

Harapan yang disampaikan oleh Bapak Dedy selaku Koordinator Internal kelompok Tani Paguyuban Mandiri adalah para petani dapat aktif membuat jadwal panennya, sehingga saat hari panen datang tempat penjemuran yang terbatas dapat dipergunakan dengan maksimal. Selain itu dapat memaksimalkan pendistribusian dan juga transportasi yang dimiliki sehingga produk dapat sampai di tangan konsumen dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline