Lihat ke Halaman Asli

Kita Hidup di Dunia Nyata, bukan di FTV (Sebuah Epilog)

Diperbarui: 10 Desember 2015   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Film Ada Apa dengan Cinta memang fenomenal sekali, sehingga multipliernya masih bisa kita rasakan. Kita, yang mungkin seumuran bisa kembali merecall semua kenangan tentang film itu. Ya meskipun waktu itu, belum layak untuk nonton. Karena itu film abegeh hehe. Tapi, karakter Rangga dan Cinta masih saja membius nyata otak kita, sehingga saat melihat bandara, terminal atau stasiun ingin berlari saja dan berharap ada yang mengejar hehe. Awas, jangan sampai dikejar penjaga peron, petugas imigrasi atau preman terminal saja. Cerita bisa berbeda.hehe, jangan dicoba dirumah.

Menjalani hidup yang memang seperti apa adanya, memang tak serumit hidup ada apanya. Dimana kita tidak dituntut macam-macam, bermuka masam, mengelabui semua orang, bahkan mesti mendramatisir semua hal tersebut menjadi serial FTV atau sekedar dramatisir keadaan. Seakan-akan kita yang memang mengalami hal tersebut saja, orang lain tidak. Sehingga dunia terasa sempit saja, hidup sudah susah jangan dibikin susah.

Efek televisi, tak dinyana kadang menempel dan melekat di otak kita. Bagaimanapun, jutaan sel otak bekerja. 2,5 juta petabyte memori otak kita seakan terisi oleh hal yang memang kita rasa perlu untuk didramatisasi, elegisasi, sosialisasi dan isasi lainnya hingga semua seakan seperti kisah ef ti pi ( FTV) hehe, bukan menyinggung tentang FTV melainkan gambaran nyata hidup kita.

Social media efek, Dimana kita yang rata-rata pengguna ponsel pintar, tapi disedikit hal pernah menjadi dumb people. Karena kesalahan fatal dalam sharing sesuatu ataupun membagi hal yang memang menjadi ranah privasi kita di dunia maya, melupakan dunia nyata. Sehingga sampai berada di WC pun kita pernah sambil stalking mantan, stalking gebetan, update status hingga mungkin saja memoto aktivitas sakral kita itu lalu mengunggahnya ke internet. Amazing sekali bukan? Hehe Semoga saat membaca tulisan ini tidak sedang dalam keadaan ngemil, makan dll hehe. Bahaya, apalagi jika dibayangkan sebener-benarnya.

Ada beberapa critical point yang mesti kita gali, terutama tentang efek FTV di sini. Kita membaginya kedalam dua point, positif dan negatif efek.

Positif efek

Hal positif ini timbul akibat kita menonton FTV,

  1. Hidup kita semakin disyukuri, karena bisa jadi FTV tersebut mengajarkan kita hal-hal positif tentang hidup. Sehingga kita bisa mengambil pelajaran berharga ;
  2. Hidup kita semakin positif, karena di FTV diajarkan hidup optimis dalam meraih semua hal. Dalam konteks, segala sesuatu bisa diusahakan sehingga tak ada kamus kata menyerah, dalam meraih semua mimpi ;
  3. Hidup kita semakin luas dalam artian sebenarnya, karena berhusnudzan dengan alam, harmoni dengan tetangga ataupun harmoni dalam kisah-kisah sekolah, kisah asmara hingga kisah gundah-gulana ;
  4. Hidup kita semakin asyik, my Life my Adventure. Karena tidak berkeluh kesah dalam menjalani setiap episode-episode yang ada.
  5. Hidup kita bagaikan kisah surga kita, karena dibuai oleh alur cerita yang memang asyik.

Efek Negatif
Sebaliknya, jika ada positif selalu ada negatif. Berikut ini adalah efek negatifnya:

  1.  Kita kadang tak bisa mengaca diri, karena FTV selalu menampilkan hal wah. Kita apa adanya, tidak terlepas kemungkinan untuk memaksakan keadaan seperti keadaan di FTV tadi;
  2. Kita lupa hukum Law of Attraction, Dimana semuanya saling ada keterkaitan. Sehingga melupakan segala hal yang berbau perjuangan, pengorbanan hingga keringat untuk meraih hal-hal tertentu ;
  3. Kita lupa, hidup tak selamanya manis, sehingga mengabaikan dan melupakan keadaan esok dan seterusnya. Sehingga terbuai dengan keadaan hari ini ;
  4. Kita lupa, bahwa masih ada lagi tontonan lain yang menarik semisal berita, kartun, kisah petualangan dll sehingga saat gundah gulana, seakan merekonstruksi kejadian berdasarkan kisah FTV hehe ;
  5. Kita lupa, di luar sana banyak tempat yang mesti kita kelilingi. Kalo kebanyakan nonton FTV nanti gk gaoel, anak kekinian atau bahkan bukan dianggap anak gunung Seperti kebanyakan anak masa kini lainnya hehe.
  6. Kita lupa, kalo nonton FTV kapan kerjanya hehe karena FTV kan diputar di jam-jam kerja.

Terlepas dari semua efek positif dan negatif, seyogyanya tidak perlu dipermasalahkan atau malah tulisan ini disomasi. Karena point of view setiap orang berbeda. Hal-hal yang perlu kita diskusikan, mari kita selaraskan untuk diskusikan. Perbedaan pendapat bisa saja terjadi, seperti perbedaan nasib atau hobi misalkan.

Kita hidup di dunia nyata, yang kadang tidak toleran dengan hal yang kita anggap wajar. Kita hidup di dunia nyata yang semua orang berpikir bahwa banyak hal-hal menarik setelah kita menjalaninya. Dramatisasi cukup dilakukan dalam kontemplasi diri atau bahkan kita lakukan sambil bersujud, seraya diri kita connect dengan langit. Karena saat kita bersujud pada bumi, doa-doa kita terpancar ke langit. Media sosial memang diperuntukkan untuk sosialisasi atau bisa jadi panti sosial.

Dramatisasi itu tidak perlu didramatisir, cukup ditulis kemudian dikirim ke redaksi FTV. Siapa tau bisa dijadikan film televisi hehe.
Selamat membunuh sepi, selamat menikmati hidup
Kalo my trip, my Adventure

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline