Lihat ke Halaman Asli

Aku, Kamu, Kita dan Mereka ( Sebuah Harapan Tentang Intangible)

Diperbarui: 18 September 2015   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Huh, nafas ini telah sesak seakan mau habis setelah berdiri lama di Kereta Rel Listrik, sebuah alternatif transportasi murah di kantong daripada mengendarai kendaraan umum lain dan bebas macet, namun konsekuensinya adalah sesak hingga membuncah semua badan. Karena terjadi akulturasi dan perpindahan nafas dan bau serba rupa dalam satu kereta dengan tentang 8-10 gerbong yang ditarik. Maklum bersubsidi, jadi semua lapisan masyarakat pun merasakan rasa yang sama, namun dengan pelayanan prima yang menuju excellent dengan label public service obligation saja. Setidaknya aku masih kalah dari Nyonya Meneer yang telah berdiri sejak 1919, namun tetap eksis hingga kini.

Bersyukur, masih bisa merasakan nafas yang memang sesak, seperti dikejar anjing karena mencuri mangga tetangga atau karena habis tes lari di ujian akhir Penjaskes untuk kelulusan sekolah. Semuanya masih disubsidi Tuhan, untuk menjalani hari demi hari, bagai roda yang terus berputar tiada henti hingga menuju titik peraduannya.

Suara lagu-lagu nostalgia dilantunkan, mengiringi setiap langkah yang terus terangkat menuju tempat kerja, merupakan hal biasa dan membosankan kadang-kadang. Karena semua problematika, menggunung tiap hari hingga tanpa batas, yang akhirnya menyebabkan badan ini tak mampu menopang lagi karena secara berkesinambungan, selalu pulang larut dengan istirahat yang kurang sekali. Hemat kata, badan punya kapasitas dan akhirnya ngedrop dan mesti diakhiri dengan istirahat full.

Aku memang egois, Karena sebagai makhluk sosial, hanya membiarkan diri menggapai semua cita-cita diri. Aku adalah sumber keangkuhan, karena hanya sibuk membuang waktu, membunuh kesendirian dengan bengong, memainkan game, mendengarkan MP3, bahkan pada saat kebersamaan itu bertemu. Misalkan saat naik kereta tadi. Aku simbol dari manusia modern, yang cenderung introvert sehingga hanya berbicara sesuai koridor, bersikap acuh bagai habis putus dari cinta atau kadang-kadang tak menganggap ada namun mencium rasa, seperti kentut misalnya.

Kamu, adalah kata milik dari kamu sendiri hehe Terkadang menjadi hiburan untuk menjalani hari dengan indah, hingga setia menemani hening dan sepi hingga larut. Hanya ingin bisa menunjukkan, betapa luar biasanya kamu, pemilik dari kamu. Kamu itu keren, kamu bisa menginspirasi semua anak Indonesia menjadi sang pemimpi. Menjadikan semua anak Indonesia berpikir keras untuk menyerah, karena kamu mau saja terikat dengan hal kolot, mengajar. Bukanlah mengajar itu urusan orang dewasa? Bukankah Umar Bakri saja gajinya dikebiri dengan menjalani tugas seperti Anda? Atau Anda hanya bermain-main dengan niat culas Anda, demi keuntungan semata?? Pastinya bukan itu semuanya, Aku yakin kamu tulus, bukan sepatu, bukan sewindu tapi 1000 tahun lamanya. Ah, bodonya aku.

Itu semua adalah list lagu penyanyi kenamaan yang sedang booming. Kamu itu, magnet sebenarnya. Bisa membiarkan Medan magnetnya menarik semua sisi hidup aku, sehingga aku tertarik untuk ikut merasakan hal yang sama denganmu. Ya meski tidak lama, hanya beberapa hari saja sih. Tapi, ya tetaplah kamu itu amajing sekeles. Speechless untuk digambarkan lagi.

Kita, iya kita adalah pertama jamak. Kita itu aku, kamu. Aku dengan segala egois ku, kamu dengan senyuman terbaikmu. Iya kamu, kamu yang dari daerah lain, kamu yang rela datang dari Medan, Jakarta atau bahkan Papua, hanya demi     Aku. Tahukah kamu, Kita itu, sumber kekuatan bersama. Mengapa begitu? Power Ranger bisa kuat karena merek berkeroyok melawan monster yang Hanya satu, Power puff girl juga sama, bisanya hanya keroyokan, ada lagi tim Nankatsu dengan duet keroyokan antara Tsubasa dan Misaki, atau Nobita yang berkongsi dengan Doraemon demi keroyokan melawan Giant dan Suneo. Kuat kan kita?

Kita, kita yang terkena Surat Peringatan karena sering bolos dengan niat suci. Semoga kita tak dapat Surat Peringatan terakhir karena menganggu niat untuk menikah jika surat sakti itu tiba , kita yang sengaja mengerjai untuk naik ojek namun kebaikan datang sehingga Pak Guru menolong anak-anak MBogor yang tersasar, kita yang luar biasa dengan lensa-lensa supercanggih buatan negeri Tsubasa Ozora, kita yang luar biasa dengan Tambora yang mengguncang dunia, kita yang mengamati burung-burung hingga terpampang di majalah terkenal National Geographic, yang kitapun sendiri wajahnya tak pernah nampak di kolom majalah karena kalah tenar dengan burung, kita yang luar biasa masuk keluar terminal hingga menjadi luar biasa dengan vespa dan juara panjat tebing, kita yang sengaja terbang merelakan zona nyaman kita bersanding hingga sampai di pulau istimewa, deket Sumbawa, bukan China, tapi Bima. Kita dengan keseharian kita, penuh canda, tawa dan cinta.

Mereka, adalah objek dari aku, kamu dan kita merupakan sekumpulan populasi tak terkenal Seperti Tukul, bersahaja seperti Raisa, manis seperti Pevita Pearce, atau bahkan Hartawan seperti pemilik Djarum yang dermawan, mereka adalah orang asli, yang mendiami wilayah ini dari kecil hingga sekarang menyandarkan mimpi hanya untuk ikut kelas inspirasi yang diadakan oleh aku, kamu dan kita. Mereka tak dilahirkan di area Gadget, karena mereka kurang gereget, mereka tidak dilahirkan di tempat wah sehingga tidak merenah, mereka tidak dilahirkan di atas salju, karena semangat mereka terus menggebu-gebu, bak kuda berpacu dalam melodi hehe, maksudnya bagai kuda yang melaju dalam perlombaan.

Mereka adalah orang luar biasa, orang Bima dengan karakter dan fisik yang khas. Terbakar matahari, tapi sifat membumi. Jangan pernah lihat mereka seperti tak biasa, karena memang mereka luar biasa. Tak salah jika Gunung Sangiang menjadi simbol keindahan daerah ini dan simbol keluhuran, karena SDN Tadewa memang memiliki cita-cita luhur bak dewa. Mereka adalah generasi penerus yang berada di Z generation, namun secara infrastruktur tergolong ke babybirth dengan semua keterbatasan yang ada.

Generasi Z yang tak terbiasa menaiki mobil keren ala Eropa, melainkan tetap bersahaja dengan kedua kaki mereka, generasi Z yang tak terbiasa dengan sandiwara karena memang begitu adanya, polos bagai Kertas putih, jujur seperti ciri khas orang Timur dan keras fisik namun sifat membumi. Mereka adalah amanat undang-undang, buatan founding Father kita yang mengharapkan pendidikan merata untuk semua rakyat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline