Lihat ke Halaman Asli

Habibie, Warisan Sejati bagi Negeri

Diperbarui: 21 Agustus 2016   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: habibie behance by Vembri Rizky

"Kalau anda mengimpor gelas (sambil mengangkat gelas), mengimpor meja (sambil menggebrak meja), dan mengimpor mic (sambil menunjuk mikrofon), maka anda membayar jam kerja orang sana. Bayarlah jam kerja rakyat agar semua bisa mandiri!."

 (BJ Habibie)

Sang Pembelajar

Eyang, ya kata itu yang sekarang muncul dibenak pemuda bangsa ini jika melihat sosok BJ Habibie. Eyang Habibie lah yang mereka kenal. Tokoh di dunia perfilman dan tokoh buku yang ramai menjadi perbincangan. namun, siapa sangka bahwa Eyang satu ini bukan sekedar Eyang, Dia adalah Presiden ke-3 RI, bapak aviator bangsa, cendekia tanah air sekaligus ilmuwan terkemuka dunia dan pujangga yang menjadi panutan pemuda bangsa. Eyang dengan segala cerita dan warisannya pada ibu pertiwi. Eyang yang saat ini sudah menginjak usia 80 tahun dan masih penuh energi dan inspirasi.

Sumber gambar: habibie-goodnewsfromindonesiaa

Kesuksesan BJ Habibie memakan waktu puluhan tahun, bukanlah sebuah kesuksesan semalam. Habibie muda memulai kesuksesannya dari masa sekolah. kemauan keras untuk belajar berujung dengan masuknya di Gouvernments Middlebare School dan kemudian melanjutkan pendidikan di ITB hingga sampai ke masa perantauan di Jerman. Habibie muda pada waktu itu adalah mahasiswa satu-satunya berpaspor biru, karena merupakan warga negara biasa. 

Hal ini bukan karena beliau bodoh tapi karena orang tuanya tidak mau anaknya dibiayai oleh orang lain dan bukan karena orang tuanya kaya, tidak!. tapi lebih ke perjuangan orang tua demi mewujudkan cita-cita anaknya. Perantauan di Jerman menjadi lahan belajar dan pendewasaaan. Tidak ada sebuah kata instant dan mudah disetiap perjalanan yang dilewati. 

Perjuangan dan kemandirian menjadi bekal utama untuk melewati setiap masalah yang menerjang. Perpustakaan menjadi sahabat Habibie muda yang akhirnya mengantarkannya dengan gelar Diploma Ing, dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 dengan predikat Cumlaude (Sempurna) dengan nilai rata-rata 9,5. Pesan ayah yang terus dijaga adalah Jadilah mata air yang jernih, yang memberikan kehidupan kepada sekitarmu. maka, pendidikan adalah kunci yang dipercaya Habibie hingga akhirnya menjadi Eyang Habibie yang terus memberikan inspirasi kehidupan bagi generasi penerus.

Sang Aviator

Perjalanan panjang setelah masa sekolah dihabiskan untuk mengabdi di industri yang menjadi passionnya. Aviasi, sebuah industri baru di Indonesia dan hanya secuil anak bangsa yang mampu masuk didalamnya. Lagi, hal itu adalah hobi masa kecil yang digeluti oleh Habibie. Sejak kecil mulai merakit mainan untuk menjadi mekanik tertentu, salah satunya pesawat. Mekano adalah mainan kesukaan Pak Habibie di masa itu. Obsesi dengan pesawat terbang kembali muncul perjalanannya ke makasar ketika melihat burung terbang di atas pantai. Merangsang Pak Habibie untuk berfikir apakah bisa membuat seperti halnya burung tersebut.

Habibie muda dan miniatur pesawat

Setelah menyelesaikan jenjang S3, beliau bekerja di sebuah perusahaan penerbangan Jerman. Perusahaan tersebut bernama Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB). Perusahaan inilah yang menjadi batu loncatan Pak Habibie di industri penerbangan. Teori pun muncul atas kecerdasan otak Habibie. Ilmu tentang termodinamika, konstruksi, serta aerodinamikaPada akhirnya berbuah pada pesawat legendaris "Gatot Kaca" N 250 karya Habibie dan para insinyur Indonesia.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline