Jika kita mendengar istilah “mata air” tentunya pikiran kita akan langsung mengarah ke daerah pedesaan yang masih asri. Namun lain halnya dengan kota Batu, kota yang sekarang semakin padat dengan pembangunan tempat wisata buatan, hotel dan perumahan yang terbilang “semrawut” ternyata masih identik dengan sumber mata air.
Hal ini dikarenakan kondisi geografis kota Batu di kelilingi pengunungan, menjadikan kota Batu sebagai daerah aliran sungai yang berlimpah sumber mata air, bahkan di pusat kota terdapat beberapa titik sumber mata air. Salah satu sumber mata air yang berada di tengah wilayah kota Batu ada di Jalan Dorowati – Sisir Batu, masyarakat menamakan area sumber mata air ini dengan nama Sumber Torong. Sumber Torong adalah salah satu sumber mata air yang masih bertahan di antara sumber-sumber mata air kota Batu yang telah hilang akibat alih fungsi lahan.
Sumber Torong berada sekitar 1 km arah Tenggara alun-alun kota Batu, yang dapat ditempuh dengan jalan kaki selama 10 menit atau menggunakan kendaraan bermotor. Setelah masuk jalan Dorowati Gang I kita akan disambut dengan gapura masuk Sumber Torong Park dan dilanjutkan dengan berjalan menuruni 49 anak tangga.
Sumber mata air Torong terdiri dari 6 sumber mata air, namun hanya 5 sumber mata air yang dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk kegiatan mandi dan cuci. Pemanfaatan yang lain dari sumber mata air ini hanyalah untuk mengaliri kolam ikan dan persawahan. Pemanfaatan sumber mata air tersebut terdiri dari 1 bilik pemandian tertutup untuk laki-laki, 2 bilik pemandian tertutup untuk wanita dan 2 pemandian terbuka untuk laki-laki. Bentuk pemandian berupa pancuran-pancuran yang rata-rata terdiri dari 2 pancuran besar untuk tiap-tiap bilik.
Berbeda dengan sekitar 10-15 tahun yang lalu, sekarang masyarakat sekitar memanfaatkan Sumber Torong lebih dominan untuk kegiatan mencuci pakaian, dan itupun hanya beberapa masyarakat saja. Sedangkan dahulu setiap pagi dan sore masyarakat sekitar selalu memanfaatkan air sumber untuk mandi, mulai anak-anak sampai orang tua.
Terlebih pagi hari akan terlihat keramaian dan antrian pada tiap-tiap pancuran air yang ada di Sumber Torong. Area sekitar Sumber Torong sangatlah asri, banyak pepohonan besar dan kecil, suasananya yang tenang sangat mendukung untuk tempat refreshing atau melepas penat dari hiruk pikuk keramaian, apalagi suara gemericik air, burung dan angin dapat membantu menenangkan pikiran. Kondisi ini memberikan peluang untuk mengembangkan area Sumber Torong menjadi objek wisata dengan konsep ekowisata agar sumberdaya alam yang ada mendatangkan manfaat lebih dan terkelola dengan baik.
Jika dilihat dari sudut pandang sumberdaya alam, maka Sumber Torong memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ekowisata. Potensi wisata yang dapat dibentuk antara lain taman edukasi tanaman obat, tanaman hias air tawar dan tanaman pelindung mata air, edukasi budidaya ikan hias air tawar dan selada air, serta pelestarian sumber mata air dan lingkungan. Selain itu juga dapat diadakan kegiatan permainan perang lumpur, tracking aliran sungai, perkemahan, pemodelan mini pembangkit listrik tenaga air dan pemancingan
. Dengan ekowisata akan ada keberlanjutan ekologi, fungsi edukasi untuk pelestarian lingkungan dan pengelolaan wisata oleh masyarakat sekitar. Sehingga, akan memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan kepada masyarakat, mengingat sumber mata air Torong sekarang hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan mandi cuci saja padahal telah ada beberapa prasarana pendukung seperti akses jalan, bilik-bilik pemandian, kolam ikan, toilet dan mushola.
Memang pastinya akan banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam mengembangkan potensi ekowisata Sumber Torong, baik berasal dari dalam masyarakat maupun lingkungan luar. Permasalahan dan kendala dari dalam tentunya akan lebih mudah diatasi, karena bersumber dari masyarakat itu sendiri.
Permasalahan dan kendala itu antara lain sampah bekas aktifitas mandi dan cuci, area yang kurang terawat, kesadaran pelestarian lingkungan, motivasi dan kesabaran, kemampuan manajemen, serta modal awal untuk mengelola Sumber Torong sebelum manfaat ekonomi yang diterima masyarakat sekitar dinilai stabil. Sedangkan masalah terbesar dari luar adalah alih fungsi lahan sekitar Sumber Torong yang dulu berupa persawahan dan ladang kini menjadi perumahan dan rest area.
Untuk permasalahan dari luar tentunya diperlukan campur tangan pemerintah kota Batu, terutama dalam penyusunan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) yang benar dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta prinsip-prinsip pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup lainnya.