Lihat ke Halaman Asli

Ika Rahma

guru yang masih terus belajar

Angkutan Pedesaan, Riwayatmu Kini

Diperbarui: 25 Maret 2016   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam perjalanan berangkat ke tempat mengajar, seringkali saya mengamati suasana sekitar yang selalu ramai di pagi hari. Ada banyak hal yang berubah dari tahun ke tahun. Salah satu yang cukup menarik perhatian saya adalah mulai punahnya angkutan pedesaan atau yang biasa disingkat menjadi Angdes. Kendaraan umum yang satu ini sepertinya tidak lama lagi akan menghilang dari jalanan di daerah.

Punahnya angdes yang tinggal menunggu waktu  ini tak lepas dari semakin banyaknya pengguna sepeda motor. Jika dulu anak sekolah banyak yang berangkat menggunakan angkutan umum, sekarang ini fenomena tersebuty sudah amat sangat jarang kita temui. Anak-anak sekolah usia SMA  bahkan SMP dengan gaya khas anak mudanya, membanjiri jalanan di daerah. Meskipun pihak sekolah melarang anak didiknya mengendarai sepeda motor sendiri ke sekolah, nyatanya hal tersebut tidak membuat jumlah pengendara motor dari kalangan pelajar mengalami penurunan. Bahkan, semakin hari justru semakin bertambah. Biasanya para pelajar tersebut menitipkan sepedda motornya di rumah warga yang dekat dengan sekolah.

tidak hanya anak sekolah saja yang mulai enggan menggunakan angkutan umum. Kalangan umum pun juga mulai ikut-ikutan meninggalkan angkutan umum. Beberapa kali saya lihat angkutan pedesaan  yang hanya berisi 2 bahkan satu penumpang saja. Nyaris tak ada lagi kumpulan orang yang menunggu datangnya angdes di pinggir jalan.

Mungkin mengendarai motor dianggap lebih efisien bagi sebagian besar masyarakat. Apalagi sekarang ini orang bisa dengan mudah memiliki sepeda motor meskipun hanya punya danan yang terbatas.

Saya jadi ingat masa-masa sekolah saya dulu dimana setiap pagi saya menunggu datangnya angdes di perempatan dekat rumah. Setiap pagi harus berdesak-desakan dengan para pelajar lainnya yang juga menggunakan angdes untuk menuju sekolahnya. Tak jarang para pelajar laki-laki berdiri di pintu demi mengejar waktu agar tidak telat masuk sekolah.

Magetan, 25 Maret 2016,  

edisi mengenang masa lalu.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline