Lihat ke Halaman Asli

Ika Rahma

guru yang masih terus belajar

Hentikan Pemberitaan yang Provokatif

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1403454114177715927

Malam ini saya sempatkan untuk menyaksikan debat capres edisi ke-3. Sebagai orang awam yang tidak begitu mendalami dunia perpolitikan, menurut saya debat capres yang berlangsung tadi dan sebelumnya tak ubahnya seperti ajang pemilihan putra atau putri dimana peserta akan ditanyai mengenai visi misi pada suatu bidang yang tidak sepenuhnya mereka kuasai. Jadi rasanya kurang bijaksana jika kita menentukan pilihan hanya berdasarkan kelihaian para capres-cawapres dalam berdebat.

Orang yang jago debat belum tentu jago dalam praktek nyata dan orang yang kurang lancar dalam berdebat juga belum tentu lamban dalam bekerja secara nyata. kalau yang saya lihat dalam debat tadi capres 1 memang sepertinya lebih ahli dalam berargumen, sementara capres 2 sedikit agak kurang lancar dalam menyampaikan pendapatnya. Namun hal tersebut tidak bisa menjadi tolok ukur untuk menentukan mana yang terbaik.

Yang sangat disayangkan adalah bagaimana getolnya 2 media yang cukup besar di Indonesia dalam menjelekkan masing-masing capres-cawapres dari kubu yang berlawanan. Saya sampai "muak" dg pola pemberitaan mereka yang sangat provokatif. Menurut saya, pemberitaan pada media-media tersebut sudah sangat overdosis. Setiap debat selesai, mereka dengan cekatan mencari celah-celah kesalahan dari capres-cawapres yang tidak sekubu dan memberitakannya secara berlebihan dengan menghadirkan narasumber yang subjektif.

Kalau iklim kampanye seperti ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin negara kita akan terpecah belah justru disaat kita membutuhkan seorang pemimpin yang diharapkan mampu mensejahterakan rakyat. Pola debat dengan cara mengorek kesalahan lawan juga sebaiknya dihindari agar tidak memicu perdebatan juga dikalangan para pendukung. Sebagai pendukung sebaiknya kita juga jangan berlebihan. Siapapun nanti yang jadi presiden, kalau kerjanya bagus ya harus diberi apresiasi. Sebaliknya kalau mereka melakukan kesalahan ataupun melupakan janji-janjinya ya harus kita ingatkan.

Untuk tanggal 9 juli nanti InsyaAllah saya sudah menentukan pilihan. Dan pilihan saya ini berbeda dg mayoritas keluarga saya. Tapi kita tidak harus terpecah belah bukan? Mari kita bersatu untuk Indonesia yang lebih baik. Apapaun pilihannya mari kita saling menghormati. Cukup mereka saja yang berdebat. Jangan berharap adanya perubahan yang lebih baik jika hanya mengandalkan seorang presiden. Perubahan yang lebih baik bisa terjadi jika kita juga mau berubah.

Salam damai alias salam 2 jari.............................




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline