Lihat ke Halaman Asli

Ika Rahma

guru yang masih terus belajar

"El Clasico" Menantu vs Mertua

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin saya disuruh nganterin budhe ke salon. Mau creambath katanya. Sampai di salon yang dimaksud beliau langsung dilayani oleh yang punya salon. Biasalah, kalau yang namanya ada ibu-ibu ngumpul pastinya ngobrol setengah ngegosip. Kebetulan yang punya salon itu ibu-ibu yang belum terlalu tua. Kira-kira umur 40an lah. Jadilah mereka berdua ngobrol sambil si empunya salon ngeramasin rambut budhe. Saya yang kebetulan ada menunggu di dalam mau gak mau ya mendengar obrolan mereka.

Obrolan dimulai ketika si empunya salon bercerita kalau dia punya 2 anak laki-laki, yang satu sudah kerja sedangkan yang satunya masih SMA. Entah kenapa kemudian di bilang kalau gak kepengen anaknya cepet-cepet nikah. Alasannya dia gak mau punya menantu yang gak perhatian sama orang tua. Dengan kata lain si ibu ini mungkin agak parno dengan banyaknya cerita miris menantu dan mertuanya. Yang namanya ibu-ibu kan suka ceritain menantunya kalau lagi ngumpul sama temen-temennya. Nah mungkin si Ibu yang punya salon ini sering denger cerita-cerita negatifnya, jadi mungkin agak suudzon.

Budhe saya pun sepertinya cukup mengamini apa yang ditakutkan oleh si ibu itu. Kebetulan kedua anaknya sudah menikah namun memilih untuk tinggal di rumahnya sendiri-sendiri. Jadilah budhe saya ini tinggal sendirian dirumahnya yang lumayan besar. Kalau dari omongannya kayaknya budhe saya ini juga kurang beggitu suka dengan menantunya. Jadilah obrolah mereka berdua bak gayung bersambut.

Si ibu yang punya salon takut kalau-kalau nanti menantunya terlalu menyetiranaknya sehingga dia terabaikan. Dia juga cerita kalau ada anak tetangganya yang setelah menikah tidak pernah memberi uang sepeserpun pada orang tuanya. Padahal secara materi cukup mapan. Dan juga dulu si anak sangat dimanja oleh orang tuanya tersebut. Jadilah air susu dibalas air tuba.

Saat mendengar percakapan mereka berdua saya jadi ingat kejadian beberapa hari yang lalu di rumah budhe saya yang lain. Acara bersih-bersih yang tadinya adem ayem saja menjadi seperti cerita sinetron. Menantu budhe saya kebetulan bermaksud memindahkan perabotan yang ditaruh di belakang dapur untuk dipindah ke dalam. Menurutnya kalau barang tersebut ditaruh diluar bisa kena air hujan dan cepat rusak. Si Mertua salah paham. Dikiranya si menantu mau ngatur-ngatur. Jadilah drama percekcokan layaknya di sinetron ala Indonesia. Si menantu memilih untuk pergi sebentar dan budhe saya semakin memuncak amarahnya. Mungkin si Budhe ini lagi sensitive makanya masalah sepele seperti itubisa jadi besar.

Cerita tentang percekcokan menantu dan mertua memang cukup populer di masyarakat. Entah kenapa sangat jarang ada mertua yang bisa rukun dengan menantunya. Setidaknya itu yang terjadi di sekitar saya. Ada saja masalahnya. Ada yang bisa menjelaskan apa penyebabnya?

Kalau menurut saya yang belum menikah, masalah seperti terjadi hanya karena salah paham dan juga perbedaan pola pikir saja. Yang tua punya keinginan sendiri , yang muda pun begitu. Yang jadi pertanyaan kenapa konflik seperti ini banyak terjadi antara menantu perempuan dan mertua perempuan? Kadang jadi parno juga, tapi saya berdoa semoga nanti saya dan mertua bisa rukun damai sejahtera. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline