Lihat ke Halaman Asli

Seno Gumira Ajidarma dan Kebenaran Timor-Timor

Diperbarui: 20 April 2020   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

merdeka.com

Hai.

Mas Fendik, kapan engkau menemui aku? rindu ini terus menepi, lagi-lagi menyiksaku. Apakah kau juga begitu?

Aisyah. Itu lagu religi beraroma roman. Adalah sebuah lagu yang menceritakan betapa Aisyah, putri dari Abu Bakar teramat mencintai Rasulullah. Demikian Rasulullah membalas cintanya. Mas Fendik, hingga detik ini kutunggu pernyataan cintamu kepadaku. Sebagaimana Rasulullah kepada Aisyah, istrinya.

Ya, aku menunggu pernyataan itu langsung darimu.

Siang ini Mas, udara teramat panas, padahal matahari malu-malu untuk memperlihatkan diri. Entah, sudah beberapa hari ini udara terasa panas. Laiknya ayam, aku ini sebentar lagi masak. Dan, siap untuk disantap.

Dalam rebahan karena tidak enak badan, kusigap sebuah novel menarik, Percikan Darah di Bunga. Novel itu ditulis oleh Arafat Nur. Pertama kali, novel itu diterbitkan oleh salah satu penerbit di Aceh pada tahun 2005. Kemudian, karena laku keras, diterbitkan lagi pada tahun 2017 oleh basabasi.com

Perihal novel itu, sebenarnya aku sudah membaca sekilas dan beberapa tulisan (resensi) di internet. Siang ini, aku ingin membacanya utuh. Kan sayang ya, sudah beli tapi belum dibaca.

Mas, karya-karya Arafat, termasuk novel ini banyak berkisah tentang Aceh. Di novel Lolong Anjing di Bulan sudah katam. Malah-malah kujadikan objek penelitian. Seumpama Matahari, juga sudah kugasak dalam 4 jam. Ya, karena semangat didukung rasa penasaran terhadap isi, sekali duduk selesai.

Ditambah lagi Mas, gaya penceritaannya mudah dipahami. Bahasa yang digunakan untuk menceritakan dan mendeskripsikan cerita sangat sederhana. Ya, meski penulisnya orang Aceh. Ia enggan menggunakan bahasa Melayu. Penulis menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Alurnya pun mudah diikuti, meski sedikit maju-mundur.

Mas, selanjutnya ada Burung Terbang di Kelam Malam, Lampuki, dan Tanah Merah. Semua sudah kubaca. Kalau Mas ingin tahu bagaimana cerita dalam novel tentu aku akan menceritakan, tanpa syarat. Sungguh, itu akan aku lakukan. Namun, tidak untuk kali ini.

Kali ini, aku akan sedikit bercerita tentang buku Seno Gumira Ajidarma berjudul Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara. Buku itu berukuran kecil, ya ukurannya di bawah kertas a5. Sebenarnya, buku itu sudah lama kuketahui. Namun, aku baru membacanya secara mendalam. Kalau sekilas sih sudah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline