Lihat ke Halaman Asli

Resolusi Suci Ayu Latifah "Ketika Aku Ingin..."

Diperbarui: 23 Juli 2019   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kata Mario Teguh, orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan. Aku ingin menjadi pemilik masa depan. Sebab ingin mengetahui seluk-beluk dunia dengan terus belajar.

Dari belajar, ilmu akan membukakan pintu pengetahuan, membentangkan cakrawala, memperdalam wawasan. Siap telanjangi dunia--menjadi manusia yang baik dan benar. Dunia akan mengajarkanku bagaimana hidup bisa berbagi dan saling menghormati, mengerti, dan memahami. Seperti tokoh perempuan idolaku, Ra Kartini.

Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain membuat senyum wajah orang lain. Terlebih mereka yang kita cintai. 

Aku mencintai kedua orang tuaku. Aku mencintai saudaraku. Aku juga mencintai teman-temanku. Dan, aku mencintai seseorang kelak yang telah dipercaya Ayah-Ibu untuk menjagaku.

Aku ingin belajar dari sosok idola. Mengidolakan dari sosok Kartini, bermula dari cerita nenek semasa kecil. Cerdas, mandiri, optimis, berani, dan inspiratif. Kartini adalah perempuan yang dikenal dengan gerakan emansipasi wanita. Ia menginginkan kesamaan derajat antara laki-laki dan perempuan. RA Kartini berjuang agar wanita tidak ditindas dan bisa sejajar dengan pria lewat sebuah perjuangannya yang menyuarakan kebenaran.

Nenek adalah seorang pendongeng ulung. Meskipun, nenek tidak berpendidikan (sekolah) Nenek pandai sekali mendongengiku sebelum tidur. Setiap malam, Nenek mendongeiku. Seperti dongeng Kancil Mencuri Timun. Sebenarnya Kancil itu tidak nakal. Hanya saja Kancil tahu kalau petani yang menanam timun itu pelit. Ia tidak mau berbagi rejeki pada orang lain. Padahal, Allah telah memberikan kemurahan padanya dengan hasil panen yang baik. Karena itulah, Kancil mencuri timun petani supaya hasil panen timunnya berkurang.

Salam berbagi!

Perkenalkan namaku Suci Ayu Latifah. Terlahir dari kedua orang tua bernama Slamet Riyadi (dalam KTP) Mamik Eko Purnomo (dalam ijazah P4) dan Katinem. Kedua orang tuaku menikah pada tahun 1995. Ayah berasal dari Desa Pangkal, sedangkan Ibu dari Desa Sawoo. Pernikahan kedua orang tua, lantaran perjodohan yang dilakukan oleh guru mengaji Ibu. Beliau bernama Sugeng. Kebetulan pula, lelaki itu adalah teman di ladang nenek. Jadi, jelas tahu kalau ada pemuda jomblo yang belum menikah, sementara sudah mendapat jatah menikah.

Pak Sugeng mengenalkan Bapak pada Ibu. Setelah pertemuan pertama di rumah Ibu, Ayahku bekerja di Jakarta selama satu tahun. Ibu menunggu. Katanya, dalam doa dan salat istikorohnya selalu muncul wajah Ayah. Karenanya, Ibu menunggu Ayah sampai pulang, meski status keduanya belum jelas. Menjadi anak seorang janda, bukanlah alasan untuk tidak menikah dengan Ibu.

Aku memiliki saudara perempuan bernama Ambar Feny Afifah. Nama kami hampir sama. Kedua nama itu yang membuat Ayah. Harapan ayah, kelak kedua putrinya menjadi perempuan yang santun dan lemah lembut, sesuai namanya. Sementara Ibu, berharap kedua putrinya kelak menjadi orang yang bersih---suci dalam hati dan perbuatan dan luas ilmunya---dalam kata "Ambar" bahasa Jawa berarti wangi. Seperti dalam lagu Ibu Kita Kartini ciptaan WR Supratman:

Ibu kita Kartini

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline