Lihat ke Halaman Asli

10 Menit

Diperbarui: 27 Februari 2019   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

"Nduk bangun, sudah adzan subuh!" suara Bapak membangunkanku.

"Enggeh, Pak sebentar lagi!"

Pagi itu mataku sulit sekali untuk membuka kelopak mata. Kutarik selimutku dan kubalut pada tubuhku karena kedinginan. Aku abaikan suara bapak dan tidur lagi. Sekitar 15 menit bapak membangunkanku, disusul dengan suara mamak ikut membangunkanku. Mamak adalah sebutan untuk seorang ibu.

"Nduk bangun, sudah jam setengah lima! Katanya mau belajar?" suara Mamak dari balik pintu kamar. Suara Mamak langsung membukakan kelopak mataku tanpa berfikir untuk beberapa saat. Hampir saja aku lupa kalau hari ini akan ada ulangan fisika. Aku segera menuju kamar mandi untuk mencuci mataku. Seusai itu, aku membuka catatan buku fisika materi termodinamika.

Seperti biasanya tepat pukul 6, aku sudah berada di halte bus. Saat ini aku duduk dibangku SMA kelas 2-IPA. SMA NEGERI 1 JETIS menjadi tempat pilihan belajarku setelah menerima surat kelulusan waktu SMP. Rumahku cukup jauh menuju sekolahan. 30-40 menit lamanya aku tempuh dengan kendaraan umum. Keluargaku belum memiliki kendaraan pribadi, sehingga untuk pergi ke sekolah aku memanfaatkan kendaraan umum (Bus) dari Jasa Raharja. Ongkos untuk sekali naik seharga tiga ribu rupiah. Bagiku itu tidak mahal karena aku hanya duduk saja sambil mendengarkan lagu yang sudah ada dibus tersebut.

Sesampainya di sekolahan, aku tidak melihat murid yang sudah datang. Sepi dan sunyi. Kabut putih menjadi saksi kedatanganku di sekolahan pagi itu. Kelasku berada di paling ujung dilantai satu. Beberapa menit setelah kedatanganku, satu per satu penghuni sekolahan mulai berdatangan.

"Mbak, nanti latihannya setelah bel pulang," suara sosok wanita yang baru datang dan bersalaman denganku. Bersalaman dan memberi salam adalah kebiasaan murid sini. Sekolahanku selalu menerapkan 3S yaitu sapa,senyum dan salam.

Tahun ini sekolahku dipercaya lagi untuk mengikuti perlombaan Grebeg Suro di Gedung Kesenian. Grub karawitan menjadi handalan di SMAku. Peranku sebagai backing vokal bersama. Sajak saat itu aku mulai tertarik dengan seni karawitan dan lagu-lagu jawa. Bapak Slamet adalah pelatih karawitan sekaligus guru bahasa jawa di sekolahannku. Beliau sangat akrab denganku. Sosoknya yang baik, bijak dan ramah membuatku kagum dengannya. Beliau juga pelatih yang hebat dan berpengalaman.

Bel tanda pulang telah berbunyi. Kurapikan buku dan alat tulisku. Alhamdulillah pelajaran hari ini berjalan lancar. Aku dapat belajar dengan serius dan mengerjakan ulangan dengan baik meskipun ada sebagian nomor yang bertanya kepada teman sebangku.

"Mbak ayo ke ruang karawitan, sudah ditunggu Pak Slamet!". Temanku Ayu mengajakku segera ke ruang karawitan karena sudah ditunggu Pak Slamet dan teman yang lainnya.

"Oke baik!" jawabku singkat. Segera kukaitkan tali tas pada pundakku dan berlari ditempat latihan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline