Lihat ke Halaman Asli

Menelisik Ater-ater ala Ponorogoan

Diperbarui: 14 Februari 2019   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ater-ater (sumber: travel.kompas.com)

Ater-ater, dalam bahasa Indonesia berarti antar atau mengantar. Adalah salah satu tradisi yang ada di Desa Pangkal Sawoo Ponorogo. Tradisi ater-ater merupakan tradisi mengantar atau mengirim sesuatu kepada tetangga atau saudara. Masyarakat mempercayai, tradisi tersebut sudah lama ada sejak zaman penjajahan. Hanya saja letak perbedaannya adalah jangkauan tradisi ater-ater.

Di zaman dulu, hanya beberapa orang yang mendapatkan bagian, itu pun barang yang dibawa sederhana tidak seperti zaman sekarang. Dibandingkan sekarang hampir keseluruhan tetangga atau saudara mendapat bagian, paling tidak 3 rumah dari berbagai penjuru. 

Makanan yang dibawa pun bisa dikatakan tidak lagi sederhana dulu karena selain makanan pokok, juga terkadang lauk-pauk berbagai jenis. Selanjutnya, tempat atau wadah makanan diberikan pada wadah yang disebut dengan rantang, dalam bahasa Jawa.

Tradisi ater-ater dilakukan ketika seseorang melakukan sebuah hajatan, seperti selamatan, kondangan, khitanan, pernikahan, ulang tahun, dan lain sebagainya. Umumnya, sesuatu yang di antar ke beberapa rumah itu berisi makanan pokok atau nasi, lauk pauk, dan ditambah jajanan pasar. Di antaranya ampyang, cucur, jadah, wajik, opak, apem, dan lain sebagainya.

Waktu ketika ater-ater pun juga ada sendiri. Semisal, acara yang akan digelar berlangsung bada' maqrib atau isya' maka ater-ater dilakukan pada sore hari. Tepatnya usai adzan ashr, atau sekitar pukul 4 sore hari. Tradisi ater-ater di Desa Pangkal, biasanya yang melakukan mengantar makanan adalah mereka golongan ibu-ibu. Adapula terkadang anak-anak yang usianya cukup.

Selanjutnya, misal makanan sudah di antar, rantang isi makanan tadi dikembalikan kepada si pengantar, kemudian diisi lagi dengan makanan lalu di antar ke tempat tetangga yang lain. Itu dia istilah ater-ater. Barangkali di setiap daerah memiliki penyebutan atau penamaan lain.

Asal muasal tradisi ater-ater tersebut berangkat dari bentuk rasa syukur seseorang karena mendapatkan rejeki yang berlebihan, atau sedang mengadakan acara. Karenanya, dari itu sudah sepantasnya berbagi kepada sesama. 

Selain itu, tradisi tersebut menjadi sarana mempererat tali silaturahmi antar masyarakat, merajut kebersamaan, dan memperbanyak sedekah kepada sesama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline