Berwarna merah gelap, buku JOKOWI: Pemimpin Rakyat Berjiwa Rocker, yang ditulis oleh seorang wartawan, Yon Thayrun, berkisah tentang keluarga Jokowi. Terlahir dari seorang Ayah bernama Notomiharjo Si tukang kayu dan Ibu Sujiatmi.
Diceritakan dalam buku setebal 246 halaman itu, keluarga Jokowi berkali-kali pindah rumah dari bantaran kali ke bantaran kali lainnya. Hidup keras dan pahit Jokowi alami sejak kecil. Sebagai anak dari keluarga yang kurang mampu dan sederhana, Jokowi diajarkan untuk bersikap jujur, apa adanya dan tidak neko-neko. Meskipun dalam kondisi kekurangan, tidak ada ajaran untuk meminta-minta bahkan mencuri.
Jokowi adalah anak yang cerdas. Ia selalu meraih juara kelas, meskipun jarang belajar karena ketidaknyamanan dengan pencahayaan lampu petromak. Menggambar menjadi hobinya. Ia memasang karya-karya lukisannya di tembok---di antara beberapa lukisan favoritnya.
Hidup dilanda kekurangan ekonomi terus melanda keluarga Jokowi. Sebagai tukang kayu gergajian hasil yang didapat cukup untuk makan sehari. Ketika Jokowi minta kuliah menjadi beban berat keluarga. Karena masih ada tiga adik perempuan Jokowi yang membutuhkan biaya sekolah.
Akhirnya, melalui musyawah keluarga, keluarga memutuskan memenuhi keinginan Jokowi dengan bantuan biaya dari Pakde Wiyono, dan nenek dari keluarga ibunya. Tak rugi. Pencinta musik rock ini mendapat indeks prestasi memuaskan sehingga termasuk lulusan tercepat sekitar 4,5 tahun pada masanya.
Disiplin, sederhana, tekun, sederhana,dan rendah hati membawa Jokowi menjadi sosok pemimpin berjiwa rocker. Terbukti, masa pimpinan selama dua periode di Solo, ia mengubah wajah kota Solo dengan branding "Solo: The Spirit of Java". Berbagai program diluncurkan, seperti revitalisasi pasar tradisional, membangun ruang publik, hingga merobohkan pagar-pagar beton untuk dijadikan pagar-pagar hidup yang kemudian ditanami berbagai tumbuhan (hal. 168).
Pemimpin yang akrab dengan busana batik ini, juga melakukan program bike to school, yaitu menggunakan sepeda untuk pergi dan pulang sekolah. Program menarik itu ditujukan kepada pelajar di Solo untuk mengantisipasi kemacetan.
Dua periode membangun kota Solo, lelaki bertubuh tinggi dan kurus itu mampu mengubah wajah kota Solo menjadi kota luar biasa. Sebagai contoh, munculnya sebutan Solo Batik yang dimeriahkan dengan karnaval setiap bulan Juni.
Membaca keberhasilan Jokowi sebagai pemimpin, tak membawa diri sebagai orang yang sombong dan merasa besar. Jokowi tetap rendah hati. Karenanya, banyak orang di sekitarnya mendukung Jokowi untuk maju sebagai pemimpin Indonesia setelah Susilo Bambang Yudhoyono.
Sebelum itu, lelaki Solo itu pernah menjadi pemimpin di Jakarta sebagai gubernur. Pro dan kontra masyarakat saat itu membuat Jokowi bimbang. Karenanya, Jokowi hanya mampu berujar hanya menjalani tugas dari partai.
Sementara komentar masyarakat Solo, lebih pada Jokowi paling bagus di Solo. Makin dekat dengan rakyat makin bagus. Karena rumah sendiri, ibaratnya.