Lihat ke Halaman Asli

Mendadak Jadi Penyair

Diperbarui: 17 Desember 2018   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ribuan judul buku tertata rapi memenuhi tujuh rak buku saling berhadapan. Ditambah, ribuan judul buku pula membentuk serupa gunung di bagian sisi tengah ruang. Buku-buku itulah yang sering dicari sebagai bahan bacaan, bahan referensi masyarakat Ponorogo.

Sampailah di kediaman rumah buku Sutejo, jalan Halim Perdana Kusuma II/9 Siman Ponorogo. Enam siswa MAN 2 Ponorogo melongo. Ini pertama kalinya mereka melihat rumah yang dipenuhi dengan buku, Minggu (16/12). Di antara ribuan buku bernyawa itu, terlihat Sutejo bersama ketiga anak kulturalnya: Suci, Sri, dan IIn dan anak kandung, Afifah Wahda serta Septi salah satu guru PAUD di Ponorogo tengah berdiskusi.

Didampingi guru ekstra Jurnalistik, Sri Wahyuni (52), mereka kembali memantapkan diri belajar menulis. Setelah sehari penuh dibimbing oleh Sutejo pada hari Kamis lalu, mereka yang terpilih belajar lebih dalam tentang dunia kepenulisan.

"Saya ingin belajar menulis puisi," tutur Salama, siswa kelas XI.

Sementara itu, kelima teman lainnya ingin belajar menulis reportase, kecuali Diah, siswa berkulit sawo matang itu ingin belajar menulis puisi. Dan, Afnan ingin menulis esai.

Sutejo, pakar literasi di Ponorogo itu, mengawali diskusi menulis dengan meyakinkan bahwa menulis puisi itu enak dan gampang. Puisi mampu melembutkan hati. Puisi pula melembutkan jiwa. Tersebab, larik-larik dalam puisi adalah doa.

"Kata-kata puisi bisa merubah dunia," terang lelaki dosen STKIP PGRI Ponorogo itu.

Mudah menulis puisi, oleh penulis buku Menulis Kreatif membagikan rahasia besarnya. Teknik pasang kata, sering digunakan dalam penciptaan puisi. Teknik ampuh yang ditemukan itu sudah laku di mana-mana. Banyak orang yang menerapkan teknik tersebut.

"Tugas pertama adalah pilih satu kata yang kalian pikirkan," perintah Sutejo.

Kemudian, pasangkan kata lain di belakang maupun di depan kata pilihan. Usahakan kata baru itu tidak biasa. Setelah cukup, lengkapi kata-kata itu menjadi sebuah baris hingga bait puisi yang indah.

Sebagai pembuka, Sutejo memberikan contoh lewat kata "cinta", yang dipasangkan dengan kata baru menjadi: cinta luka, derita luka, aroma cinta, jemari cinta, wajah cinta, cinta rumah, dan masih banyak lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline