Lihat ke Halaman Asli

Guru Masa Depan

Diperbarui: 12 Desember 2018   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Begitu membaca buku berjudul Guru dalam Proses Belajar Mengajar karya Muhammad Ali, kita diajak untuk menganalisis proses belajar mengajar, khususnya dalam pendidikan formal (sekolah), yakni bagaimana guru melakukan proses belajar yang efektif yang dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan belajar. Menurut William H Burton, mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar (Chauhan, 1977:4). 

Pendapat tersebut, menyadarkan kita jika dalam artiannya mengajar itu tidak hanya sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga merangsang siswa agar mau belajar. Guru bertindak sebagai director & facilitator of learning---pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar. Namun, yang namanya belajar tidak semudah yang kita bayangkan. Karena ada faktor-faktor yang memengaruhi proses belajar untuk menghasilkan belajar yang lebih matang. 

Pertama, kesiapan (readiness), yaitu kapasitas baik fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Kedua, motivasi, yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu. Dan ketiga, tujuan yang ingin dicapai. Dan, ketiga faktor di atas dibutuhkan suatu proses perubahan perilaku individu yang mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan lainnya.

Menurut Kimble & Garmezy, perubahan perilaku belajar bersifat permanen. Karena itu dibutuhkan adanya kemampuan melakukan sesuatu secara berulang dengan hasil yang sama. Sedang menurut psikologis, teori belajar sendiri karena adanya proses mengamati, mengingat, menanggapi, menghayal, dan berfikir. 

Tujuanya untuk meningkatkan kemampuan melalui latihan yang berulang sesuai perkembangannya. Secara umum, teori ini menekankan pada pencapaian disiplin mental melalui proses berfikir. Seperti mata pelajaran matematika yang banyak menyajikan soal yang sulit sehingga mengajak siswa untuk berfikir.

Sementara itu, sebagai kelangsungan belajar mengajar dibutuhkan yang namanya pendekatan, yaitu sistem atau kerangka yang dapat diterapkan dalam bidang pengajaran. Komponen pengajaran sendiri meliputi atas: bahan, metode, alat, alokasi waktu, dan evaluasi pengajaran. Dari beberapa komponen itu saling berinteraksi dan berhubungan bersama-sama untuk mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

Guru dalam Mengajar

Efektifitas proses belajar mengajar, selanjutnya didukung oleh desain sistem instruksional, yakni sebagai pola perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi sistem pengajaran, dan desain instruksional dengan memperhatikan perbedaan individual siswa. Ditinjau dari jenjang tingkatannya, desin sistem instruksional diterapkan dalam ruang lingkup luas (level kurikulum), ruang lingkup sempit (level bidang studi), dan ruang lingkup terbatas (level pengajaran). 

Untuk kepentingan guru dalam pengajaran, desain tersebut sebatas pada penyutingan level pengajaran berdasarkan level kurikulum secara keseluruhan. Guru hendaknya mengembangkan sistem pengajaran dengan berpedoman pada model pengembangan sistem instruksional, seperti Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI).

Secara umum, PSSI merupakan prosedur sistematis dalam pengembangan suatu pembelajaran. Model pengajaran ini dapat membantu seseorang baik dalam merencanakan, mengembangkan, dan mengevaluasi suatu sistem instruksional. Beberapa langkah PSSI di antaranya merumuskan tujuan instruksional, pengembangan alat evaluasi, merumuskan kegiatan belajar, merencanakan program kegiatan, dan pelaksanaan program. Pertama, seperti yang dikatakan Bloom dalam The Taxonomy of Educational Objective, tujuan pendidikan diklarifikasikan atas: domain kognitif (pengetahuan), domain afektif (sikap), dan domain psikomotor (keterampilan). 

Secara umum, tujuan pengajaran yang diharapkan guru harus memenuhi klarifikasi tersebut, sebab guru mengajar tidak saja paham dan menguasai kognitif (pengetahuan), melainkan guru juga mumpuni hal-hal yang berkenaan terhadap berlangsungnya belajar mengajar, yakni sikap dan keterampilan dalam pengajaran. Di satu sisi, guru mengajar tidak hanya mendidik tapi juga membimbing. Artinya mengajarkan cara bersikap dan bertindak yang benar secara umum, dan baik secara sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline