Lihat ke Halaman Asli

Mbak Avy

TERVERIFIKASI

Mom of 3

Titip Rindu buat Ibu

Diperbarui: 1 Juni 2019   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Sudah menjadi tradisi setiap tahunnya, menjelang lebaran semua orang pasti akan pulang ke kampung halamannya. Dari awal puasa mereka sudah berburu tiket, untuk satu tujuan. Berkumpul dan bercengkerama dengan keluarga serta sanak saudara.

Begitu juga yang terjadi di tempat kos Tira. Tentu saja libur panjang lebaran ini akan dimanfaatkan para penghuni kos untuk pulang kampung. Bertemu keluarga tercinta yang sudah menunggu di rumah. Terbayang wajah bahagia orang tua yang menyambutnya. Wajah-wajah ceria saudara dan keponakan. Juga keramahan tetangga yang tidak pernah pudar.

Lalu bagaimana dengan aku? Kalimat ini selalu bergelayut di pikiran Tira setiap melihat keceriaan teman-temannya ketika melakukan packing untuk persiapan pulang. Mereka juga berbagi cerita tentang serunya lebaran yang akan dilalui. Sedangkan dia? Dia masih diselimuti keraguan untuk memutuskan pulang kemana?

***

Ingatan Tira melayang kembali pada 5 tahun yang lalu. Tragedi malam lebaran itu kembali membayang di pelupuk matanya. Antara trauma, sedih, miris, kecewa, marah. Semua berbaur menjadi satu. Sebenarnya dia tidak mau mengingat-ingat lagi. Tapi melupakanpun tidak mampu. Karena yang dia ingat, wajah ibu yang sangat disayanginya begitu pasrah sebelum akhirnya meninggal dunia. Meninggalkan Tira sendiri, menjadi sebatangkara. Karena ayahnyapun tidak ada kabar berita, pergi entah kemana.

Tira adalah anak satu-satunya. Sudah lama merantau di ibu kota karena tuntutan pekerjaan. Meninggalkan ibunya seorang diri di kampung. Tapi biasanya dia tidak pernah lupa untuk pulang, terutama ketika lebaran tiba. Tira selalu pulang untuk bertemu ibu yang sangat dikasihinya. Ibu yang tidak pernah lelah memeras keringat untuk masa depannya. Ibu yang tidak pernah lelah merangkai doa tiap detik untuk kebahagiaannya. Dan Tira sudah mendapatkan semuanya, berkat ikhtiar ibunya yang tidak pernah lelah itu.

Tapi satu hal yang ibunya lupa, abai dengan kesehatannya sendiri. Sejak Tira SMP, memang hanya ibu yang membanting tulang memeras keringat untuk menyekolahkan Tira sampai perguruan tinggi. Karena ayah Tira tiba-tiba menghilang, tanpa pamit dan pesan. Benda berhargapun habis satu persatu untuk biaya sekolah. Ibunya sudah sering sakit, tapi tidak dihiraukan. Ibu juga tidak pernah mengaku kalau Tira bertanya. Akhirnya penyakit asam lambung menggerogoti badan tua yang makin ringkih dimakan usia itu.

Sampai suatu malam menjelang Idhul Fitri, ayahnya pulang untuk menuntut rumah yang didiami mereka selama ini untuk dijual. Ternyata ayahnya sudah menikah lagi. Ibunya tidak bisa menolak karena memang itu harta gono gini. Tira marah dan geram atas tindakan ayahnya itu. Karena membuat ibunya harus tinggal di kontrakan dan sakitnya makin parah. Ayah Tira tidak perduli. Sebagaian besar hasil menjual rumah di bawa untuk istrinya yang baru. Karena menahan sakit dan sedih yang tak terhingga, akhirnya ibu Tira meninggal dunia.

***

Ibu, aku pulang! Akhirnya anakmu pulang buk. Karena rindu. Sangat rindu padamu!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline