Saya melihat botol-botol plastik kosong bekas minuman teronggok di pojokan dapur. Sudah waktunya nih setor buat di tukar tiket Suroboyo Bus, begitu pikir saya. Memang itulah kegiatan rutin tiap minggu saya. Mengumpulkan botol-botol bekas dari plastik, kemudian membawanya ke terminal Bungurasih untuk menukar dengan tiket Suroboyo Bus.
Sudah hampir 4 tahun ini saya memang aktif mengelola Bank Sampah di kampung. Tentu saja kegiatan utamanya adalah mengsosialisasikan pemanfaatan daur ulang sampah, terutama yang berbahan plastik. Tapi tujuan selain itu adalah untuk menampung sampah-sampah warga yang bernilai ekonomis.
Ternyata respon mereka cukup bagus atas kegiatan Bank Sampah tersebut. Karena tidak hanya menjadikan lingkungan sehat, dompetpun sehat. Tentu saja karena hasil dari Bank Sampah yang bernilai ekonomis tersebut bida menjadi pemasukan ekstra. Sedangkan sampah bungkus plastik bisa dijadikan hasta karya yang bisa di jual. Seperti tas, dompet, tempat pensil dan masih banyak lagi lainnya.
Kalau di kota Surabaya sendiri, hampir 2 tahun ini ada alat transportasi baru namanya Suroboyo Bus. Menggunakan system pembayaran dengan botol bekas plastik, yang di tuker dengan tiket naik bisa Suroboyo Bus dengan rute tertentu. Yaitu hanya melewati jalan protokol di Surabaya.
Pemkot Surabaya mempunyai tujuan yaitu salah satu cara untuk mengurangi sampah botol plastik yang memang cukup besar di kota Surabaya. Tapi selain itu juga untuk mengurangi pemakaian kendaraan pribadi sehingga bisa mengurangi kemacetan. Suroboyo Bis ini cukup nyaman, luas, adem dan aman terutama buat penumpang wanita. Karena adanya pembagian kursi antara laki dan perempuan.
Sebagai warga Surabaya yang baik, saya pastilah turut mendukung gerakan mengurangi sampah plastic yang dicanangkan ibu walikota Surabaya, bu Risma. Terutama di bulan puasa ini. Biasanya pembelian minuman botol semakin meningkat. Karena di anggap praktis dan simpel. Bisa mudah di beli karena banyak penjual di sekeliling kita. Mulai yang asongan, toko kelontong sampai mini market. Isi habis, langsung di buang. Tapi tidak pernah menyadari, dampak dari sampah-sampah plastik yang menumpuk.
Kadang kita tidak menyadari kalau di segala pelosok rumah kita hampir semua perabotan terbuat dari plastik. Begitu banyaknya sehingga sangat sulit membayangkan bagaimana hidup tanpa plastik. Tapi benarkah kita tidak bisa hidup tanpa plastic? Padahal kita tahu benar kalau plastik itu sangat berbahaya bagi lingkungan kita.
Di bulan puasa kali ini, aktifitas saya masih sama dengan hari-hari biasa. Siang ini saya hendak pergi ke daerah Surabaya Pusat ada event liputan blogger. Melihat botol-botol plastik yang sudah cukup banyak itu, kemudian saya ikat jadi satu untuk saya bawa ke Bungurasih di tukar tiket Suroboyo Bus.
Sepertinya kita memang belum bisa lepas dari minuman kemasan gelas atau botol plastik, apalagi ketika ada acara di rumah. Tapi paling tidak kita bisa memanfaatkan botol bekas tersebut. Dan dengan harapan semoga yang menerima dan menampung sampah plastik tersebut, bisa memanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat luas.
Tidak lupa saya membawa botol minuman dari merk terkenal yang ramah lingkungan yang sudah saya isi penuh air minum, untuk jaga-jaga kalau waktu maghrib saya masih di tengah jalan. Jadi bisa langsung membatalkan puasa. Rasanya memang lebih praktis, apalagi kalau nanti mau diisi ulang.
Saya tidah merasa bersalah dibanding membawa botol plastik. Rasanya nyaman banget. Apalagi saya juga membawa sedotan berbahan metal. Karena sudah lama saya pengen total dan menggunakan sedotan dari plastik lagi.