“Kantil, Mbah...”
Terlempar tiga lembar uang seribuan di atas tumpukan mawar. Mbah Ginuk mengambilnya untuk dimasukkan dalam kutang.
Roro mengambil Kantil, kemudian melenggang. Ditebarkannya senyum pada setiap orang yang dijumpainya di pasar.
“Iblis! Dia iblis! Dia bengis!”
Beberapa orang meneriakinya iblis, dikatanya ia bengis. Pada wajahnya yang manis, hatinya menangis.
“Kalianlah iblis!” Roro berontak, balas teriak.
“Pergi kau dari desa kami! Dasar pelacur! Racuni mata suami kami!”
“Mengapa kalian sibuk cemburuiku hingga lupakan anak?” Roro ayunkan kaki, melangkah pergi.
Mereka yang teriakinya iblis bengis, sibuk mencari anak-anaknya yang hilang. Bodohnya, tak seorang pun sadari lapak Mbah Ginuk yang telah melompong.