Lihat ke Halaman Asli

Mbak Avy

TERVERIFIKASI

Mom of 3

Memaksimalkan Ruang Publik untuk Kelangsungan Habitat Masa Depan

Diperbarui: 30 September 2015   06:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin belum semua orang tahu apa yang dimaksud dengan Hari Habit Dunia?

Dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1985, Majelis PBB menetapkan Hari Habitat Dunia adalah untuk memikirkan mengenai kondisi permukiman dunia dan hak atas hunian yang layak, serta mengingatkan dunia akan tanggung jawab bersama untuk masa depan permukiman yang lebih baik.

Sejak tahun 1986, Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan setiap hari Senin minggu pertama di bulan Oktober akan diperingati Hari Habit Dunia. Dengan tema yang selalu berubah, tapi yang jelas mengikuti isu perkembangan permukiman global. 

Sedangkan tujuan diperingati HHD oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) adalah sebagai wujud kepedulian terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan dan pemukiman yang layak untuk seluruh lapisan masyarakat. Dan selanjutnya, peringatan ini juga diharapkan mampu meningkatkan kesadaran bertanggung jawab dari seluruh pihak terkait demi kelangsungan habitat manusia di masa depan.

Tidak melenceng jauh dari tema yang ditetapkan oleh PBB yaitu merujuk kepada isu-isu terkini yang terkait dengan pembangunan permukiman dan perkotaan dunia. Maka peringatan Hari Habit Dunia 2015 tahun ini mengangkat isu "Public Spaces for All" atau "Ruang Publik Untuk Semua". Ruang publik adalah tempat yang ditujukan untuk penggunaan publik dan dapat dinikmati secara cuma-cuma dengan tidak mengambil keuntungan di setiap penggunaannya. Di sebut ruang publik atau ruang sosial yang bersifat umum, terbuka dan dapat di akses oleh seluruh lapisan masyarakat. Contohnya adalah taman kota, arena wisata, lapangan olah raga, perpustakaan umum dan alun-alun. Tujuan dari diangkatnya tema ini adalah mendorong upaya untuk menyediakan ruang publik yang dapat diakses dan dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat.

* * *

Saya tinggal di perumahan kelas menengah di pinggiran kota Sidoarjo, tepatnya di kecamatan Waru. Layaknya perumahan-perumahan pada umumnya, fasilitas publik memang "sudah" disediakan sejak awal pembangunan perumahan oleh pihak pengelola. Tapi dengan berjalannya waktu, kadang pelan namun pasti lokasi yang sedianya untuk ruang publik sudah berubah fungsi. Atau bahkan hilang dengan sendirinya, karena kemudian lahan tersebut ada yang membeli. Sehingga warga perumahan selanjutnya mencari-cari tempat untuk digunakan sebagai fasilitas bersama dengan lahan yang seadanya.

Saya bisa mengambil mengatakan demikian, karena memang di perumahan saya sendiri sudah banyak hal seperti itu terjadi. Fasilitas publik tidak berimbang dengan kebutuhan yang ada. Dan paling banyak adalah fasilitas publik yang pasif atau tidak bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. 

Contoh kongkrit seperti foto-foto di bawah ini :

1. Bangunan dalam foto di bawah ini adalah balai pertemuan RW, yang kebetulan mempunyai halaman cukup luas dan lapang. Meskipun banyak mobil yang terparkir, tapi anak-anak dengan bebasnya bermain sepak bola di halaman tersebut. Cukup menggambarkan bahwa karena keinginan yang kuat untuk berolah raga sambil bermain, sampai tidak memikirkan resikonya. Misalkan bola bisa mengenai kaca mobil atau membaretnya.

2. Di bawah ini adalah taman yang posisinya persis di tengah antara perempatan jalan. Awalnya taman ini penuh dengan rumput hijau nan asri. Tapi karena sering di pakai untuk bermain sepak bola hampir setiap hari, akhirnya rumput tersebut lama-lama mati dan hilang dengan sendirinya. Demikian juga tumbuhan yang berada di sekitarnya. Kadang daunnya rontok dan habis berguguran karena terkena bola. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline