Lihat ke Halaman Asli

WAHYU AW

KARYAWAN SWASTA

Dear My Son... Pergilah Dan Untuk Selamanya

Diperbarui: 17 Desember 2023   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

DEAR MY SON...PERGILAH DAN UNTUK SELAMANYA

MBAH HAR

Ooo tak terasa waktu berlalu. Dan kita masih di sini.

Seseret putih kemerahan perlahan tapi pasti sebentar lagi menyumbul dari ufuk timur sana. Mari melanjutkan perjalanan jauh ini. Ingat my son, sesungguhnya kita merugi.

Dan dari pada yang dulu hingga hari ini kawah ijen masih ada di sini. Masih berada pada sumbunya, tidak ada yang berubah sekalipun kau coba menghalau laju angin. Kaki-kakinya langitnya masih menjulang tinggi. Tangan-tangan bumi senantiasa mencengkeram kuat karena sudah menjadi sabda alam.

Terakhir sebelum kita pulang nanti dan sesuai kesepakatan sebelum berangkat, kamu pulang harus menyetir. Tidak ada kata tidak. Papa duduk di kiri. Papa sudah cukup bertahan, segera dirimu yang pastikan pandangan.

Titik pesan buat kakak perempuanmu yang Cantik, untuk pinjam catatan kaki langit kawah ijen ini. Untuk lukis suara alam hatinya dengan tangan-tangan ijen yang dari dulu mencengkeram kuat ke pusat bumi...mengcengkeram tanpa berpaling ke tanah merah di barat sana.

Yang pasti semua berjalan pada sepenggal zona waktu yang tidak sama dalam berbicara. Dan semua tidaklah sama cepatnya ataupun sama terlihatnya. Saat malam datang bersimpuh diantara permadani langit dan tanah basah, saat itulah yang dapat menjawab pertanyaan kata hatimu.

Dan itulah jawaban hakiki untuk menepis keraguan bilamana datangnya hendak membunuh kesabaran.

Dan buatmu my son...Papa memilih tinggal di sini. Di tepinya Ijen ini adalah langkah tepat melalui detik yang tersisa. Di sini sambil terus berharap dan berkeyakinan. Tempat ini Papa pilih karena pastikan bunga itu lahir di sini, pasti suatu ketika dia akan pulang kembali ke tanah kelahirannya... di sini -- di Kawah Ijen. Saat itulah barangkali kembali waktu Papa. Sekali lagi, Barangkali...

Berangkatlah kamu dengan mimpi idealisme. Ingat satu hal, semua tercipta dari mimpi. Jangan biarkan impianmu menunggu terlalu lama. Jangan kau ulangi yang terjadi pada diri Papa. Papa bukanlah terlambat dalam menggapai mimpi, tetapi papa gagal mempercepat langkah mengejar zona waktu yang telah ditetapkan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline